PIDATO KEDUA (Ul 4:44-26:19)
PERINTAH-PERINTAH DASAR
“Inilah
Hukum Taurat yang dipaparkan Musa kepada orang Israel. Inilah perigatan,
ketetapan dan peraturan, yang dikatakan Musa kepada orang Israel.” (Ul
4:44-45).
Kesepuluh Hukum itu mewujudkan inti Hukum Taurat dan dasar
perjanjian Allah dengan Israel.
Kesepuluh hukum itu merangkum kewajiban-kewajiban keagamaan, dan sosial orang Israel, dan mewujudkan dasar
yang dinyatakan bagi ketentuan-ketentuan baru yang akan diumumkan. Sepuluh
hukum itu mengikat tingkah laku orang beriman.
Yesus menjadikan perintah-perintah itu sebagai suatu peraturan hidup,
sebab Ia memerintahkan pemuda yang kaya untuk menuruti segala perintah Allah,
jika Ia ingin masuk ke dalam hidup (Mat 19:17); dan Yesus mengakui Dasa Firman itu sebagai perintah Allah yang
dipertentangkan dengan adat istiadat manusia (Mat 15:3) dan sifatnya mengikat. Hanya kasih karunia Allah dapat mencakapkan
manusia untuk menurutinya; justru untuk tujuan inilah kasih karunia Allah
diberikan. Demikianlah hukum dan kasih karunia dipersatukan.
1. Mengasihi
Tuhan
“Kasihilah Tuhan Allahmu...” (Ul 6:4). Umat Allah
diperintahkan untuk mengasihi Allah. Caranya adalah: “Dengan segenap hati,
segenap jiwa dan segenap kekuatan.” (Ul 6:5). Alasan utama harus mengasihi
Allah adalah:
-
Karena Tuhan itu Allah kita (Ul 6:4a)
-
Karena
Tuhan itu Esa (Ul 6:4b).
-
Karena Tuhan itu cemburu (Ul 6:15)
Implikasi dari mengasihi Allah adalah:
a. Tidak
melupakan Dia (Ul 6:12)
b. Takut akan
Dia (Ul 6:13; 2; 24)
c. Beribadah
hanya kepada Dia (Ul 6:13b), tanpa mengikuti ilah lain (Ul 6:14).
d. Tidak
mencobai Dia (Ul 6:16)
e. Bepegang
pada perintah, peringatan, dan ketetapan-Nya (Ul 6:17)
f.
Melakukan yang benar dan baik di mata-Nya (Ul
6:18).
Sikap yang harus dikenakan dalam mengasihi Allah adalah: Setia (Ul 6:3) dan berhati-hati (Ul 6:12).
Perintah untuk mengasihi Allah haruslah diperhatikan (Ul 6:6); diajarkan
berulang-ulang (Ul 6:7); dibicarakan di mana-mana (Ul 6:7); dijadikan sebagai
tanda (Ul 6:8); dan dituliskan (Ul 6:9).
Tujuan dari mengasihi Allah adalah:
-
Supaya baik keadaan kita dan supaya kita
hidup serta berkembang (Ul 6:2, 3, 24).
-
Supaya jangan bangkit murka Allah terhadap
kita (Ul 6:15b).
“Dan kita
akan menjadi benar apabila kita melakukan segala perintah itu dengan setia di
hadapan Tuhan, Allah kita seperti yang diperintahkan-Nya kepada kita.” Ul 6:25).
Panggilan Untuk Menyempurnakan Pemisahan
1. Umat Allah harus menghalau bangsa-bangsa di Kanaan, yakni orang Het, Girgasi, Amori, Kanaan, Feris, Hewi, dan orang Yebus, dan memusnahkan mereka sama sekali sebagai tindakan penyempurnaan atas pemisahan yang telah dilakukan Allah bagi mereka (Ul 7:1-3). Alasannya adalah, karena apabil bangsa-bangsa itu dibiarkan, maka bangsa itu akan menjadi godaan bagi umat Allah untuk menyimpang dari pada Allah dan beribadah kepada ilahi lain. “Sebab mereka akan membuat anakmu laki-laki mnyimpang dari pada-Ku, sehingga mereka beribadah kepada Allah lain, maka murka Tuhan akan bangkit terhadap kamu dan Ia akan memunahkan engkau dengan segera.” (Ul 7:4).
2. Umat Allah harus merobohkan mezbah-mezbah berhala; meremukan tugu-tugu berhala; menghancurkan tiang-tiang berhala, dan membakar habis patung-patung berhala. Semua benda-benda penyembahan berhala yang bersifat kedagingan di kanaan, harus dimusnahkan (Ul 7:5; 12:2-4).
Alasannya
adalah, karena umat Israel adalah umat kesayangan Allah. Karenanya umat Allah
tidak boleh dinodai oleh bentuk-bentuk pemujaan yang najis.
“Sebab
engkaulah umat yang kudus bagi Tuhan Allahmu; engkaulah yang dipilih oleh Tuhan
Allahmu, dari segala bangsa di muka bumi untuk menjadi umat kesayangan-Nya.”
(Ul 7:6).
Dalam PB, kedua hal ini ditekankan bagi umat tebusan Kristus. Alkitab katakan: “Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala, semuanya itu mendatangkan murka Allah (atas orang-orang durhaka). Dahulu kamu juga melakukan hal-hal itu ketika kamu hidup di dalamnya. Tetapi sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu.” (Kol 3:5-8).
Musa memberitahukan bahwa kedua hal ini harus disadari dengan sungguh-sungguh sebab Allah itu setia, dan karena itu Dia akan menggenapi janji-Nya terhadap orang yang mengasihi Dia tetapi akan melenyapkan orang-orang yang menyembah berhala atau membenci Dia.
“Sebab itu haruslah kauketahui, bahwa TUHAN, Allahmu, Dialah Allah, Allah yang setia, yang memegang perjanjian dan kasih setia-Nya terhadap orang yang kasih kepada-Nya dan berpegang pada perintah-Nya, sampai kepada beribu-ribu keturunan, tetapi terhadap diri setiap orang dari mereka yang membenci Dia, Ia melakukan pembalasan dengan membinasakan orang itu. Ia tidak bertangguh terhadap orang yang membenci Dia. Ia langsung mengadakan pembalasan terhadap orang itu. Jadi berpeganglah pada perintah, yakni ketetapan dan peraturan yang kusampaikan kepadamu pada hari ini untuk dilakukan." (Ul 7:9-11).
Paulus
mengingatkan hal yang sama bahwa:
“Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah ? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.” ( 1Kor 6:9-10).
Untuk bisa melihat janji-janji Allah digenapi dalam hidup kita dan menikmati kerajaan Allah, maka perbuatan daging yang sama dengan penyembahan berhala, harus benar-benar ditumpas habis.
KEWAJIBAN UMAT ALLAH
Berpegang kepada perintah Tuhan adalah kewajiaban umat Allah terhadap Allah. “Haruslah engkau mengasihi TUHAN, Allahmu, dan melakukan dengan setia kewajibanmu terhadap Dia dengan senantiasa berpegang pada segala ketetapan-Nya, peraturan-Nya dan perintah-Nya.” (Ul 11:1).
Dalam Ulangan, kata “kewajiban” hanya muncul di sini dan berarti apa yang harus dijaga dan dituruti dalam hubungannya dengan Allah. Dalam kitab-kitab lain di Pentateukh, kata ini sering dipakai untuk kewajiban terhadap Kemah Suci (Ump Im 8:35). Berpegang kepada perintah Tuhan berarti: Menaruh perintah itu di dalam hati dan jiwa, serta menjadikannya sebagai pertanda dan lambang yang dapat dilihat orang. “Tetapi kamu harus menaruh perkataanku ini dalam hatimu dan dalam jiwamu; kamu harus mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dagimu.” (Ul 11:18). “Jadi kamu harus berpegang kepada seluruh perintah yang kusampaikan kepadamu hari ini, supaya kamu kuat untuk memasuki serta menduduki negri, ke mana kamu pergi mendudukinya.” (Ul 11:8).
"Setiap
orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama
dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. 7:25 Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda
rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu.” (Mat
7:24-25). “ Dan supaya lanjut
umurmu di tanah yang dijanjikan Tuhan dengan sumpah kepada nenek moyangmu untuk
memberikannya kepada mereka dan kepada keturunan mereka, suatu negri yang berlimpah-limpah
susu dan madunya.” (Ul 11:9).
Janji Tuhan
1.
Tanah Kanaan
“Sebab negeri, ke mana engkau masuk untuk mendudukinya, bukanlah negeri seperti tanah Mesir, dari mana kamu keluar, yang setelah ditabur dengan benih harus kauairi dengan jerih payah, seakan-akan kebun sayur. Tetapi negeri, ke mana kamu pergi untuk mendudukinya, ialah negeri yang bergunung-gunung dan berlembah-lembah, yang mendapat air sebanyak hujan yang turun dari langit; suatu negeri yang dipelihara oleh TUHAN, Allahmu: mata TUHAN, Allahmu, tetap mengawasinya dari awal sampai akhir tahun.” (Ul 11:10-12).
2.
Berkat
apabila Taat
"Dan akan terjadi, karena kamu mendengarkan peraturan-peraturan itu serta melakukannya dengan setia, maka terhadap engkau TUHAN, Allahmu, akan memegang perjanjian dan kasih setia-Nya yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu. Ia akan mengasihi engkau, memberkati engkau dan membuat engkau banyak; Ia akan memberkati buah kandunganmu dan hasil bumimu, gandum dan anggur serta minyakmu, anak lembu sapimu dan anak kambing dombamu, di tanah yang dijanjikan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu untuk memberikannya kepadamu. Engkau akan diberkati lebih dari pada segala bangsa: tidak akan ada laki-laki atau perempuan yang mandul di antaramu, ataupun di antara hewanmu. TUHAN akan menjauhkan segala penyakit dari padamu, dan tidak ada satu dari wabah celaka yang kaukenal di Mesir itu akan ditimpakan-Nya kepadamu, tetapi Ia akan mendatangkannya kepada semua orang yang membenci engkau.” (Ul 7:12-15).
Meskipun kasih itu tak bersyarat namun berkat-berkat itu tergantung dari ketaatan.
PERATURAN
IBADAH
Masuknya Israel ke tanah Kanaan atau tanah
Perjanjian itu, segera diikuti oleh pola pemerintahan baru di dalam negri itu.
“Inilah ketetapan dan peraturan-peraturan
yang harus kamu lakukan dengan setia di negeri yang diberikan Tuhan, Allah
nenek moyangmu, kepadamu, untuk memilikinya selama kamu hidup di muka bumi.”
(Ul 12:1, 26:1).
1.
Di tempat
yang ditunjukan Tuhan
Jika umat Allah menetap di negeri
itu, kegiatan ibadah dan korban harus dipersembahkan di tempat khusus yang
ditentukan oleh Allah.
“Tetapi tempat yang akan dipilih
oleh Tuhan Allahmu dari segala sukumu sebagai kediamannya untuk menegakkan
namaNya di sana, tempat itulah harus kamu cari dan ke sanalah harus kamu pergi.
Ke sanalah kamu harus kamu bawa korban bakaran dan korban sembelihan,
persembahan persepuluhanmu dan persembahan khususmu, korban nazarmu dan korban
sukarelamu, anak-anak sulung lembu sapimu dan kambing dombamu. Di sanalah kamu
makan di hadapan Tuhan, Allahmu dan bersukaria, kamu dan seisi rumahmu, karena
dalam segala urusanmu engkau diberkati oleh Tuhan Allahmu.” (Ul 12:5-7, 13-14;
26-27).
Dalam Ul 27:5, Allah
memerintahkan untuk mendirikan sebuah mezbah di gunung Ebal. Sesudah itu dalam
beberapa abad, Silo menjadi tempat pilihan Allah, tetapi selama zaman
pendudukan pertama, Sikhem adalah tempat kudus yang diakui (lht. Yos 8:30;
24:1).
2.
Jangan membuat
penyembahan menurut pandangan sendiri.
Gangguan hidup akibat peperangan
di seberang Yordan telah mempersukar penyembahan yang tertatur. Karena itu,
umat Allah dilarang untuk menggunakan mezbah-mezbah milik pribadi bagi korban.
“Jangan kamu melakukan apapun
yang kita lakukan di sini sekarang, yakni masing-masing berbuat segala sesuatu
yang dipandangnya benar. Sebab hingga sekarang kamu belum sampai ke
tempat perhentian dan ke milik pusaka yang diberikan
kepadamu oleh TUHAN, Allahmu. Tetapi apabila nanti sudah kamu seberangi sungai
Yordan dan kamu diam di negeri yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk dimiliki, dan
apabila Ia mengaruniakan kepadamu keamanan dari segala musuhmu
di sekelilingmu, dan kamu diam dengan tenteram, maka ke tempat yang dipilih
TUHAN, Allahmu, untuk membuat nama-Nya diam di sana, haruslah kamu bawa
semuanya yang kuperintahkan kepadamu, yakni korban bakaran dan korban
sembelihanmu, persembahan persepuluhanmu dan persembahan khususmu dan segala
korban nazarmu yang terpilih, yang kamu nazarkan kepada TUHAN. Kamu
harus bersukaria di hadapan TUHAN, Allahmu, kamu ini, anakmu
laki-laki dan anakmu perempuan, hambamu laki-laki dan hambamu perempuan, dan
orang Lewi yang di dalam tempatmu, sebab orang Lewi tidak mendapat
bagian milik pusaka bersama-sama kamu.” (Ul 12:8-12).
3.
Jangan makan
darah
“Tetapi engkau boleh menyembelih
dan memakan daging sesuka hatimu, sesuai dengan berkat TUHAN, Allahmu, yang
diberikan-Nya kepadamu di segala tempatmu. Orang najis ataupun orang tahir
boleh memakannya, seperti juga daging kijang atau daging rusa; hanya
darahnya janganlah kaumakan, tetapi harus kaucurahkan ke
bumi seperti air.” (Ul 12:15-16; Im 17:11).
Darah sebagai unsur vital dan
lambang hidup (Ul 12:24). Karena itu diperintahkan untuk diperlakukan dengan
hormat (lht. Kej 9:4-6; Ul 12:25), terlebih-lebih dalam hubungannya dengan
perjanjian dan korban, suatu hal yang patut diperhatikan sebagai lambang
pendamaian Kristus (Lht. Im 16:; Ibr 9:12-14; 1 Petr 1:18-19; 1 Yoh 1:7).
4.
Jangan memakan
atau menggunakan sendiri persembahan persepuluhan.
“Di dalam tempatmu tidak boleh kaumakan
persembahan persepuluhan dari gandummu, dari anggurmu dan minyakmu,
ataupun dari anak-anak sulung lembu sapimu dan kambing dombamu, ataupun
sesuatu dari korban yang akan kaunazarkan, ataupun dari korban sukarelamu,
ataupun persembahan khususmu. Tetapi di hadapan TUHAN, Allahmu,
haruslah engkau memakannya, di tempat yang akan dipilih TUHAN,
Allahmu, engkau ini, anakmu laki-laki dan anakmu perempuan, hambamu laki-laki
dan hambamu perempuan, dan orang Lewi yang di dalam tempatmu, dan haruslah
engkau bersukaria di hadapan TUHAN, Allahmu, karena segala usahamu.” (Ul
12:17-18).
Ketika Musa mengucapkan perkataan
ini, asas persembahan persepuluhan telah diterima baik di Israel. Persembahan
persepuluhan itu pertama-tama diberikan sebagai tanda terimakasih (Kej 14:20);
tanda pengkhususan (Kej 28:22). Kemakmuran manusia adalah pemberian Ilahi dan
dirawat atas nama Allah (Ul 8:18; Mat 25:14), karena itu, persembahan
persepuluhan dan persembahan anak-anak sulung sapi dan kambing domba, diwajibkan
(Ul 14:22 – harus benar-benar mempersembahkan persepuluhan- ), lainnya bersifat
sukarela.
Persembahan persepuluhan merupakan
milik dan hak Tuhan, karenanya harus digunakan atau dimakan di tempat yang
Allah kehendaki dan bukan diberdayakan untuk kepentingan pribadi.
Kewajiban untuk mempersembahkan
persepuluhan dimaksudkan sebagai perbuatan belajar untuk takut akan Tuhan.
“Haruslah engkau benar-benar
mempersembahkan persepuluhan dari seluruh hasil benih yang tumbuh di ladangmu,
tahun demi tahun. Di hadapan Tuhan Allahmu, di tempat yang akan dipilih-Nya,
untuk membuat nama-Nya diam di sana, haruslah engkau memakan persembahan
persepuluhan dari gandummu, dari anggurmu, dan minyakmu, ataupun dari anak-anak
sulung lembu sapimu dan kambing dombamu, supaya engkau belajar takut akan
Tuhan, Allahmu.” (Ul 14:22-23).
5.
Jangan
melalaikan pelayan Tuhan.
“Hati-hatilah supaya jangan
engkau melalaikan orang Lewi, selama engkau ada di tanahmu.” (Ul 12:19)
Orang Lewi adalah suku yang
dipilih dan dipanggil secara khusus hanya untuk mengatur hubungan manusia dengan
Allah (mandat Spiritual) (Ul 10:8-9; 18:5). Orang Lewi tidak mendapat bagian
semacam warisan tanah (Ul 10:9; 18:1-2), tetapi orang Lewi menyebar di antara para
suku di daerah sekitarnya (Ul 16:14). Karena itu, merupakan suatu kewajiban umat
Allah untuk merawat orang-orang Lewi secara jasmaniah dan merupakan hak orang
lewi terhadap kaum awam. “Inilah hak imam terhadap kaum awam” (Ul 18:3).
“Hasil pertama dari gandummu,
dari anggurmu dan minyakmu, dan bulu guntingan pertama dari dombamu haruslah
kau berikan kepadanya. Sebab Dialah yang dipilih oleh Tuhan, Allahmu, dari
segala sukumu, supaya ia senantiasa melayani Tuhan dan menyelenggarakan
kebaktian demi nama-Nya, ia dan anak-anaknya.” (Ul 18:4-5).
Kewajiban umat Allah terhadap orang Lewi, ditekankan
sekali lagi dalam Ul pasal 14: “Juga orang Lewi yang diam di dalam tempatmu,
janganlah kau abaikan, sebab ia tidak mendapat bagian milik pusaka bersama-sama
engkau.” (Ul 14:27).
Dalam PB, hal yang sama ditekankan
bahwa: “Dan baiklah dia yang menerima pengajaran
dalam Firman, membagi segala
sesuatu yang ada padanya dengan orang yang memberikan pengajaran
itu.” (Gal 6:6).
Mengapa? Karena itu adalah haknya
yang harus ia dapatkan. “ Paulus katakan:
“Apa yang kukatakan ini bukanlah
hanya pikiran manusia saja. Bukankah hukum Taurat juga berkata-kata demikian? Sebab
dalam hukum Musa ada tertulis: "Janganlah engkau memberangus mulut lembu
yang sedang mengirik! " Lembukah yang Allah perhatikan?
Atau kitakah yang Ia maksudkan? Ya, untuk kitalah hal ini ditulis, yaitu
pembajak harus membajak dalam pengharapan dan pengirik harus mengirik dalam
pengharapan untuk memperoleh bagiannya. Jadi, jika kami telah
menaburkan benih rohani bagi kamu, berlebih-lebihankah, kalau kami menuai hasil
duniawi dari pada kamu? Kalau orang lain mempunyai hak untuk mengharapkan hal
itu dari pada kamu, bukankah kami mempunyai hak yang lebih besar? (1 Kor
9:8-12).
“Tidak tahukah kamu, bahwa mereka
yang melayani dalam tempat kudus mendapat penghidupannya dari tempat kudus itu
dan bahwa mereka yang melayani mezbah, mendapat bahagian mereka dari mezbah
itu? Demikian pula Tuhan telah menetapkan, bahwa mereka yang
memberitakan Injil, harus hidup dari pemberitaan Injil itu.” (1 Kor 9:13-14).
Kesimpulan
“Dengarkanlah baik-baik segala
yang kuperintahkan kepadamu, supaya baik keadaanmu dan keadaan
anak-anakmu yang kemudian untuk selama-lamanya, apabila engkau melakukan apa
yang baik dan benar di mata TUHAN, Allahmu." (Ul 12:28).
“Segala yang kuperintahkan
kepadamu haruslah kamu lakukan dengan setia, janganlah engkau menambahinya
ataupun menguranginya.” (Ul 12:32). Asas-asas yang diucapkan, menunjukkan bahwa
kekudusan dalam hidup beragama, tidak dihasilkan dengan cara mengikut pola
pikir yang dianggap benar, melainkan menyesuaikan perilaku dengan ucapan yang
keluar dari mulut Allah.
Dalam PB, Yesus menekankan hal yang sama bahwa: “Kamu memang sudah bersih karena Firman yang telah Kukatakan kepadamu.” (Yoh 15:4), dan Ia bersyafaat kepada Bapa bagi umat tebusan-Nya: “Kuduskanlah mereka dalam kebenaran, Firman-Mu adalah kebenaran.” (Yoh 17:17).
Oleh: Ps. Ayub Melkior, S. Th
Tulisan ini memiliki Hak Cipta, dan tidak diperkenankan untuk mengambil, mengutip, dan mengcopi, tanpa menuliskan nama penulis atau sumber penulisan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih