Sabtu, 27 Agustus 2022

KEHIDUPAN TEOKRATIS DALAM KITAB ULANGAN (4)



PERINGATAN MENGENAI GODAAN-GODAAN

1.      Godaan Penyembahan Berhala

Umat Allah diperingatkan agar berhati-hati terhadap godaan penyembahan berhala. “Maka hati-hatilah, supaya jangan engkau kena jerat dan mengikuti mereka, setelah mereka dipunahkan dari hadapanmu, dan supaya jangan engkau menanya-nanya tentang allah mereka dengan berkata: Bagaimana bangsa-bangsa ini beribadah kepada allah mereka? Akupun mau berlaku begitu. Jangan engkau berbuat seperti itu terhadap TUHAN, Allahmu; sebab segala yang menjadi kekejian bagi TUHAN, apa yang dibenci-Nya,  itulah yang dilakukan mereka bagi allah mereka; bahkan anak-anaknya lelaki dan anak-anaknya perempuan dibakar mereka dengan api bagi allah mereka.” (Ul 12:30-31).

Mereka dilarang menyelidiki bagaimana penduduk Kanaan menyembah ilah-ilah mereka, sebab jika suatu penyembahan asing sampai menarik perhatian mereka, hal itu akan mempengaruhi penyembahan mereka dan dengan demikian praktek yang tidak bermoral dan kemurtadan akan menyusul.

Dalam PB, hal yang sama ditekankan bahwa: “Tetapi mengenai bangsa-bangsa lain, yang telah menjadi percaya, sudah kami tuliskan keputusan-keputusan kami, yaitu mereka harus menjauhkan diri dari makanan yang dipersembahkan kepada berhala, dari darah, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari percabulan.” (Kis 21:25).

“Kamu harus menjauhkan diri dari makanan yang dipersembahkan kepada berhala, dari darah, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari percabulan. Jikalau kamu memelihara diri dari hal-hal ini, kamu berbuat baik. Sekianlah, selamat." (Kis 15:29).

“Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, jauhilah penyembahan berhala!” (1 Kor 10:14).

2.      Godaan Nabi Palsu

“Apabila di tengah-tengahmu muncul seorang nabi atau seorang pemimpi, dan ia memberitahukan kepadamu suatu tanda atau mujizat, dan apabila tanda  atau mujizat yang dikatakannya kepadamu itu terjadi, dan ia membujuk: Mari kita mengikuti allah lain, yang tidak kaukenal, dan mari kita berbakti kepadanya, maka janganlah engkau mendengarkan perkataan nabi atau pemimpi itu; sebab TUHAN, Allahmu, mencoba kamu untuk mengetahui, apakah kamu sungguh-sungguh mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu. TUHAN, Allahmu, harus kamu ikuti, kamu harus takut akan Dia, kamu harus berpegang pada perintah-Nya, suara-Nya harus kamu dengarkan, kepada-Nya harus kamu berbakti dan berpaut.” (Ul 13:1-4)

Dalam PL, nabi palsu adalah seorang yang dikenal oleh semua orang, tetapi tidak dikenal oleh Allah, dalam arti ia tidak terpanggil oleh Allah untuk melakukan suatu tugas pelayanan tertentu atas nama Allah. Nabi palsu, dapat menggodai umat Allah melalui ajaran-ajarannya yang menyesatkan, bukan saja karena hal itu menyalahi tutur kata yang benar, melainkan memberikan pengaruh lain yang menjauhkan umat Allah dari Allah. Selai itu nabi palsu juga menggodai umat Allah melalui tanda-tanda mujizat yang spektakuler.

Umat Allah diperingatkan untuk tidak terobsesi dengan tanda-tanda mujizat dan menggangap suatu ajaran yang disertai tanda mujizat, sudah pasti adalah ajaran yang benar dari Allah. Tidak! Melainkan berpegang teguh kepada kebenaran Firman Allah saja.

Perjanjian Baru menyebutkan bahwa ada banyak nabi palsu. “Banyak nabi palsu akan muncul  dan menyesatkan banyak orang.” (Mat 24:11). Karena itu, umat tebusan Kristus juga diingatkan untuk berhati-hati terhadap nabi palsu.Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas.” (Mat 7:15).

Tanda-tanda mujizat yang terjadi oleh seorang nabi atau pelayanan, sama sekali bukanlah tolak ukur atau bukti sejati bahwa ajaran yang disampaikan orang itu benar.

“Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda dan mujizat-mujizat dengan maksud, sekiranya mungkin, menyesatkan orang-orang pilihan.” (Mark 13:22; Mat 24:24).

Satu-satunya bukti bahwa seseorang bukanlah nabi Palsu adalah, dari buah, yaitu perbuatannya yang memuliakan Allah dan pengaruh dari ajarannya yang semakin mendekatkan orang kepada Tuhan. (Mat 7:16-23).

Allah mengijinkan adanya nabi palsu untuk menguji kasih Allah kepada-Nya dan kesetiaan umat Allah terhadap Firman-Nya.

Jadi pergeng teguh kepada Firman Tuhan, bukan karena hal itu terjadi atau tidak terjadi, melainkan karena memang Allah yang mengatakan demikian.

3.      Godaan Dari Sanak- saudara

Bujukan untuk murtad atau menyimpang dari Firman Allah, mungkin ada juga di kalangan keluarga, karena itu umat Allah diperingatkan untuk jangan mengalah dan jangan mengikuti bujukan saudara yang mengajak untuk menyimpang.

“Apabila saudaramu laki-laki, anak ibumu, atau anakmu laki-laki atau anakmu perempuan atau isterimu sendiri atau sahabat karibmu membujuk engkau diam-diam, katanya: Mari kita berbakti kepada allah lain yang tidak dikenal olehmu ataupun oleh nenek moyangmu, salah satu allah bangsa-bangsa sekelilingmu, baik yang dekat kepadamu maupun yang jauh dari padamu, dari ujung bumi ke ujung bumi, maka janganlah engkau mengalah kepadanya dan janganlah mendengarkan dia.” (Ul 13:6-8).

Tindakan tegas terhadap saudara yang menyesatkan (Ul 13:8b-10), merupakan alat pencegah dan tindakan menjauhkan atau menyingkirkan kejahatan itu.

“Maka seluruh orang Israel akan mendengar dan menjadi takut sehingga mereka tidak akan melakukan lagi perbuatan jahat seperti itu di tengah-tengahmu.” (Ul 13:11).

Dalam PB, juga ditekankan bahwa: “Jika ada orang yang tidak mau mendengarkan apa yang kami katakan dalam surat ini, tandailah dia dan jangan bergaul dengan dia, supaya ia menjadi malu, tetapi janganlah anggap dia sebagai musuh, tetapi tegorlah dia sebagai saudara.” (2 Tes 3:14-15).

4.      Godaan Orang Dursila

“Apabila di salah satu kota yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk diam di sana, kaudengar orang berkata: Ada orang-orang dursila tampil dari tengah-tengahmu, yang telah menyesatkan penduduk kota mereka dengan berkata: Mari kita berbakti kepada allah lain yang tidak kamu kenal, maka haruslah engkau memeriksa, menyelidiki dan menanyakan baik-baik. Jikalau ternyata benar dan sudah pasti, bahwa kekejian itu dilakukan di tengah-tengahmu, maka bunuhlah dengan mata pedang penduduk kota itu, dan tumpaslah dengan mata pedang kota itu serta segala isinya dan hewannya.” (Ul 13:12-15).

Orang dursila, adalah sebuah istilah Alkitab yang digunakan untuk menyebut penjahat-penjahat yang sudah terbiasa berbuat jahat. Umat Allah diperingatkan untuk menyelidiki dengan saksama dan apabila terbukti benar bahwa orang-orang jahat itu mempengaruhi hidup keagaamaan umat Allah, maka haruslah disingkirkan atau dijauhi.

Dalam PB, juga ditekankan bahwa: “Tetapi yang kutuliskan kepada kamu ialah, supaya kamu jangan bergaul dengan orang, yang sekalipun menyebut dirinya saudara, adalah orang cabul, kikir, penyembah berhala, pemfitnah, pemabuk atau penipu; dengan orang yang demikian janganlah kamu sekali-kali makan bersama-sama.” (1 Kor 5:11).

Kesimpulan

“Sebab dengan demikian engkau mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, untuk berpegang pada segala perintah-Nya, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, dengan melakukan apa yang benar  di mata TUHAN, Allahmu." (Ul 13:18).


Oleh: Ps. Ayub Melkior, S. Th


Tulisan ini memiliki Hak Cipta, dan tidak diperkenankan untuk mengambil, mengutip, dan mengcopi, tanpa menuliskan nama penulis atau sumber penulisan.

KEHIDUPAN TEOKRATIS DALAM KITAB ULANGAN (3)

 

PIDATO KEDUA (Ul 4:44-26:19)  


PERINTAH-PERINTAH DASAR 

“Inilah Hukum Taurat yang dipaparkan Musa kepada orang Israel. Inilah perigatan, ketetapan dan peraturan, yang dikatakan Musa kepada orang Israel.” (Ul 4:44-45).

Kesepuluh Hukum itu mewujudkan inti Hukum Taurat dan dasar perjanjian Allah dengan Israel.  Kesepuluh hukum itu merangkum kewajiban-kewajiban keagamaan,  dan sosial orang Israel, dan mewujudkan dasar yang dinyatakan bagi ketentuan-ketentuan baru yang akan diumumkan. Sepuluh hukum itu mengikat tingkah laku orang beriman.  Yesus menjadikan perintah-perintah itu sebagai suatu peraturan hidup, sebab Ia memerintahkan pemuda yang kaya untuk menuruti segala perintah Allah, jika Ia ingin masuk ke dalam hidup (Mat 19:17); dan Yesus mengakui  Dasa Firman itu sebagai perintah Allah yang dipertentangkan dengan adat istiadat manusia (Mat 15:3) dan sifatnya mengikat.  Hanya kasih karunia Allah dapat mencakapkan manusia untuk menurutinya; justru untuk tujuan inilah kasih karunia Allah diberikan. Demikianlah hukum dan kasih karunia dipersatukan.

1.      Mengasihi Tuhan

“Kasihilah Tuhan Allahmu...” (Ul 6:4). Umat Allah diperintahkan untuk mengasihi Allah. Caranya adalah: “Dengan segenap hati, segenap jiwa dan segenap kekuatan.” (Ul 6:5). Alasan utama harus mengasihi Allah adalah:

-          Karena Tuhan itu Allah kita (Ul 6:4a)

-           Karena Tuhan itu Esa (Ul 6:4b).

-          Karena Tuhan itu cemburu (Ul 6:15)

Implikasi dari mengasihi Allah adalah:

a.       Tidak melupakan Dia (Ul 6:12)

b.      Takut akan Dia (Ul 6:13; 2; 24)

c.       Beribadah hanya kepada Dia (Ul 6:13b), tanpa mengikuti ilah lain (Ul 6:14).

d.      Tidak mencobai Dia (Ul 6:16)

e.       Bepegang pada perintah, peringatan, dan ketetapan-Nya (Ul 6:17)

f.        Melakukan yang benar dan baik di mata-Nya (Ul 6:18).

Sikap yang harus dikenakan dalam mengasihi Allah adalah:  Setia (Ul 6:3) dan berhati-hati (Ul 6:12).

Perintah untuk mengasihi Allah haruslah diperhatikan (Ul 6:6); diajarkan berulang-ulang (Ul 6:7); dibicarakan di mana-mana (Ul 6:7); dijadikan sebagai tanda (Ul 6:8); dan dituliskan (Ul 6:9).

Tujuan dari mengasihi Allah adalah:

-          Supaya baik keadaan kita dan supaya kita hidup serta berkembang (Ul 6:2, 3, 24).

-          Supaya jangan bangkit murka Allah terhadap kita (Ul 6:15b).

“Dan kita akan menjadi benar apabila kita melakukan segala perintah itu dengan setia di hadapan Tuhan, Allah kita seperti yang diperintahkan-Nya kepada kita.” Ul 6:25).

 

Panggilan Untuk Menyempurnakan Pemisahan

 

1.  Umat Allah harus menghalau bangsa-bangsa di Kanaan, yakni orang Het, Girgasi, Amori, Kanaan, Feris, Hewi, dan orang Yebus, dan memusnahkan mereka sama sekali sebagai  tindakan penyempurnaan atas pemisahan yang telah dilakukan Allah bagi mereka (Ul 7:1-3).  Alasannya adalah, karena apabil bangsa-bangsa itu dibiarkan, maka bangsa itu akan menjadi godaan bagi umat Allah untuk menyimpang dari pada Allah dan beribadah kepada ilahi lain. “Sebab mereka akan  membuat anakmu laki-laki mnyimpang dari pada-Ku, sehingga mereka beribadah kepada Allah lain, maka murka Tuhan akan bangkit terhadap kamu dan Ia akan memunahkan engkau dengan segera.” (Ul 7:4).

2.  Umat Allah harus merobohkan mezbah-mezbah berhala; meremukan tugu-tugu berhala; menghancurkan tiang-tiang berhala, dan membakar habis patung-patung berhala. Semua benda-benda penyembahan berhala yang bersifat kedagingan di kanaan, harus dimusnahkan (Ul 7:5; 12:2-4).

Alasannya adalah, karena umat Israel adalah umat kesayangan Allah. Karenanya umat Allah tidak boleh dinodai oleh bentuk-bentuk pemujaan yang najis.

“Sebab engkaulah umat yang kudus bagi Tuhan Allahmu; engkaulah yang dipilih oleh Tuhan Allahmu, dari segala bangsa di muka bumi untuk menjadi umat kesayangan-Nya.” (Ul 7:6).

Dalam PB, kedua hal ini ditekankan bagi umat tebusan Kristus. Alkitab katakan: “Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala, semuanya itu mendatangkan murka Allah  (atas orang-orang durhaka). Dahulu kamu juga melakukan hal-hal itu ketika kamu hidup  di dalamnya. Tetapi sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu.” (Kol 3:5-8).

Musa memberitahukan bahwa kedua hal ini harus disadari dengan sungguh-sungguh sebab Allah itu setia, dan karena itu Dia akan menggenapi janji-Nya terhadap orang yang mengasihi Dia tetapi akan melenyapkan orang-orang yang menyembah berhala atau membenci Dia.

“Sebab itu haruslah kauketahui, bahwa TUHAN, Allahmu, Dialah Allah, Allah yang setia, yang memegang perjanjian dan kasih setia-Nya terhadap orang yang kasih kepada-Nya dan berpegang pada perintah-Nya,  sampai kepada beribu-ribu keturunan, tetapi terhadap diri setiap orang dari mereka yang membenci Dia, Ia melakukan pembalasan dengan membinasakan orang itu. Ia tidak bertangguh terhadap orang yang membenci Dia. Ia langsung mengadakan pembalasan terhadap orang itu. Jadi berpeganglah pada perintah, yakni ketetapan dan peraturan yang kusampaikan kepadamu pada hari ini untuk dilakukan." (Ul 7:9-11).

Paulus mengingatkan hal yang sama bahwa:

“Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah ? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.” ( 1Kor 6:9-10).

Untuk bisa melihat janji-janji Allah digenapi dalam hidup kita dan menikmati kerajaan Allah, maka perbuatan daging yang sama dengan penyembahan berhala, harus benar-benar ditumpas habis.

KEWAJIBAN UMAT ALLAH

Berpegang kepada perintah Tuhan adalah kewajiaban umat Allah terhadap Allah. “Haruslah engkau mengasihi TUHAN, Allahmu, dan melakukan dengan setia kewajibanmu terhadap Dia dengan senantiasa berpegang pada segala ketetapan-Nya, peraturan-Nya dan perintah-Nya.” (Ul 11:1).

Dalam Ulangan, kata “kewajiban” hanya muncul  di sini dan berarti apa yang harus dijaga dan dituruti dalam hubungannya dengan Allah. Dalam kitab-kitab lain di Pentateukh, kata ini sering dipakai untuk kewajiban terhadap Kemah Suci (Ump Im 8:35).  Berpegang kepada perintah Tuhan berarti: Menaruh perintah itu di dalam hati dan jiwa, serta menjadikannya sebagai pertanda dan lambang yang dapat dilihat orang. “Tetapi kamu harus menaruh perkataanku ini dalam hatimu dan dalam jiwamu; kamu harus mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dagimu.” (Ul 11:18). “Jadi kamu harus berpegang kepada seluruh perintah yang kusampaikan kepadamu hari ini, supaya kamu kuat untuk memasuki serta menduduki negri, ke mana kamu pergi mendudukinya.” (Ul 11:8).

"Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. 7:25 Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu.” (Mat 7:24-25). “ Dan supaya lanjut umurmu di tanah yang dijanjikan Tuhan dengan sumpah kepada nenek moyangmu untuk memberikannya kepada mereka dan kepada keturunan mereka, suatu negri yang berlimpah-limpah susu dan madunya.” (Ul 11:9).


Janji Tuhan

 

1.      Tanah Kanaan

“Sebab negeri, ke mana engkau masuk untuk mendudukinya, bukanlah negeri seperti tanah Mesir,  dari mana kamu keluar, yang setelah ditabur dengan benih harus kauairi dengan jerih payah, seakan-akan kebun sayur. Tetapi negeri, ke mana kamu pergi untuk mendudukinya, ialah negeri yang bergunung-gunung dan berlembah-lembah,  yang mendapat air sebanyak hujan yang turun dari langit;  suatu negeri yang dipelihara oleh TUHAN, Allahmu: mata TUHAN, Allahmu, tetap mengawasinya dari awal sampai akhir tahun.” (Ul 11:10-12).

2.      Berkat apabila Taat

"Dan akan terjadi, karena kamu mendengarkan peraturan-peraturan itu serta melakukannya dengan setia, maka terhadap engkau TUHAN, Allahmu, akan memegang perjanjian dan kasih setia-Nya yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu. Ia akan mengasihi engkau, memberkati engkau  dan membuat engkau banyak;  Ia akan memberkati buah kandunganmu  dan hasil bumimu, gandum dan anggur  serta minyakmu,  anak lembu sapimu dan anak kambing dombamu, di tanah yang dijanjikan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu untuk memberikannya kepadamu.  Engkau akan diberkati lebih dari pada segala bangsa: tidak akan ada laki-laki atau perempuan yang mandul di antaramu, ataupun di antara hewanmu. TUHAN akan menjauhkan segala penyakit  dari padamu, dan tidak ada satu dari wabah celaka yang kaukenal di Mesir  itu akan ditimpakan-Nya  kepadamu, tetapi Ia akan mendatangkannya kepada semua orang yang membenci engkau.” (Ul  7:12-15).

Meskipun kasih itu tak bersyarat namun berkat-berkat itu tergantung dari ketaatan.


PERATURAN IBADAH

Masuknya Israel ke tanah Kanaan atau tanah Perjanjian itu, segera diikuti oleh pola pemerintahan baru di dalam negri itu. “Inilah ketetapan dan peraturan-peraturan yang harus kamu lakukan dengan setia di negeri yang diberikan Tuhan, Allah nenek moyangmu, kepadamu, untuk memilikinya selama kamu hidup di muka bumi.” (Ul 12:1, 26:1).

1.      Di tempat yang ditunjukan Tuhan

Jika umat Allah menetap di negeri itu, kegiatan ibadah dan korban harus dipersembahkan di tempat khusus yang ditentukan oleh Allah.

“Tetapi tempat yang akan dipilih oleh Tuhan Allahmu dari segala sukumu sebagai kediamannya untuk menegakkan namaNya di sana, tempat itulah harus kamu cari dan ke sanalah harus kamu pergi. Ke sanalah kamu harus kamu bawa korban bakaran dan korban sembelihan, persembahan persepuluhanmu dan persembahan khususmu, korban nazarmu dan korban sukarelamu, anak-anak sulung lembu sapimu dan kambing dombamu. Di sanalah kamu makan di hadapan Tuhan, Allahmu dan bersukaria, kamu dan seisi rumahmu, karena dalam segala urusanmu engkau diberkati oleh Tuhan Allahmu.” (Ul 12:5-7, 13-14; 26-27).

Dalam Ul 27:5, Allah memerintahkan untuk mendirikan sebuah mezbah di gunung Ebal. Sesudah itu dalam beberapa abad, Silo menjadi tempat pilihan Allah, tetapi selama zaman pendudukan pertama, Sikhem adalah tempat kudus yang diakui (lht. Yos 8:30; 24:1).

2.      Jangan membuat penyembahan menurut pandangan sendiri.

Gangguan hidup akibat peperangan di seberang Yordan telah mempersukar penyembahan yang tertatur. Karena itu, umat Allah dilarang untuk menggunakan mezbah-mezbah milik pribadi bagi korban.

“Jangan kamu melakukan apapun yang kita lakukan di sini sekarang, yakni masing-masing berbuat segala sesuatu yang dipandangnya benar. Sebab hingga sekarang kamu belum sampai ke tempat perhentian dan ke milik pusaka yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu. Tetapi apabila nanti sudah kamu seberangi sungai Yordan dan kamu diam di negeri yang diberikan  TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk dimiliki, dan apabila Ia mengaruniakan kepadamu keamanan  dari segala musuhmu di sekelilingmu, dan kamu diam dengan tenteram, maka ke tempat yang dipilih TUHAN, Allahmu, untuk membuat nama-Nya diam di sana, haruslah kamu bawa semuanya yang kuperintahkan kepadamu, yakni korban bakaran dan korban sembelihanmu, persembahan persepuluhanmu dan persembahan khususmu dan segala korban nazarmu yang terpilih, yang kamu nazarkan kepada TUHAN. Kamu harus bersukaria di hadapan TUHAN, Allahmu, kamu ini, anakmu laki-laki dan anakmu perempuan, hambamu laki-laki dan hambamu perempuan, dan orang Lewi yang di dalam tempatmu, sebab orang Lewi tidak mendapat bagian milik pusaka bersama-sama kamu.” (Ul 12:8-12).

3.      Jangan makan darah

“Tetapi engkau boleh menyembelih dan memakan daging sesuka hatimu, sesuai dengan berkat TUHAN, Allahmu, yang diberikan-Nya kepadamu di segala tempatmu. Orang najis ataupun orang tahir boleh memakannya, seperti juga daging kijang atau daging rusa; hanya darahnya janganlah kaumakan, tetapi harus kaucurahkan  ke bumi seperti air.” (Ul 12:15-16; Im 17:11).

Darah sebagai unsur vital dan lambang hidup (Ul 12:24). Karena itu diperintahkan untuk diperlakukan dengan hormat (lht. Kej 9:4-6; Ul 12:25), terlebih-lebih dalam hubungannya dengan perjanjian dan korban, suatu hal yang patut diperhatikan sebagai lambang pendamaian Kristus (Lht. Im 16:; Ibr 9:12-14; 1 Petr 1:18-19; 1 Yoh 1:7).

4.      Jangan memakan atau menggunakan sendiri persembahan persepuluhan.

“Di dalam tempatmu tidak boleh kaumakan persembahan persepuluhan dari gandummu, dari anggurmu dan minyakmu, ataupun dari anak-anak sulung lembu sapimu dan kambing dombamu, ataupun sesuatu dari korban yang akan kaunazarkan, ataupun dari korban sukarelamu, ataupun persembahan khususmu. Tetapi di hadapan TUHAN, Allahmu, haruslah engkau memakannya, di tempat yang akan dipilih TUHAN, Allahmu, engkau ini, anakmu laki-laki dan anakmu perempuan, hambamu laki-laki dan hambamu perempuan, dan orang Lewi yang di dalam tempatmu, dan haruslah engkau bersukaria di hadapan TUHAN, Allahmu, karena segala usahamu.” (Ul 12:17-18).

Ketika Musa mengucapkan perkataan ini, asas persembahan persepuluhan telah diterima baik di Israel. Persembahan persepuluhan itu pertama-tama diberikan sebagai tanda terimakasih (Kej 14:20); tanda pengkhususan (Kej 28:22). Kemakmuran manusia adalah pemberian Ilahi dan dirawat atas nama Allah (Ul 8:18; Mat 25:14), karena itu, persembahan persepuluhan dan persembahan anak-anak sulung sapi dan kambing domba, diwajibkan (Ul 14:22 – harus benar-benar mempersembahkan persepuluhan- ), lainnya bersifat sukarela.

Persembahan persepuluhan merupakan milik dan hak Tuhan, karenanya harus digunakan atau dimakan di tempat yang Allah kehendaki dan bukan diberdayakan untuk kepentingan pribadi.

Kewajiban untuk mempersembahkan persepuluhan dimaksudkan sebagai perbuatan belajar untuk takut akan Tuhan.

“Haruslah engkau benar-benar mempersembahkan persepuluhan dari seluruh hasil benih yang tumbuh di ladangmu, tahun demi tahun. Di hadapan Tuhan Allahmu, di tempat yang akan dipilih-Nya, untuk membuat nama-Nya diam di sana, haruslah engkau memakan persembahan persepuluhan dari gandummu, dari anggurmu, dan minyakmu, ataupun dari anak-anak sulung lembu sapimu dan kambing dombamu, supaya engkau belajar takut akan Tuhan, Allahmu.” (Ul 14:22-23).

5.      Jangan melalaikan pelayan Tuhan.

“Hati-hatilah supaya jangan engkau melalaikan orang Lewi, selama engkau ada di tanahmu.” (Ul 12:19)

Orang Lewi adalah suku yang dipilih dan dipanggil secara khusus hanya untuk mengatur hubungan manusia dengan Allah (mandat Spiritual) (Ul 10:8-9; 18:5). Orang Lewi tidak mendapat bagian semacam warisan tanah (Ul 10:9; 18:1-2), tetapi orang Lewi menyebar di antara para suku di daerah sekitarnya (Ul 16:14). Karena itu, merupakan suatu kewajiban umat Allah untuk merawat orang-orang Lewi secara jasmaniah dan merupakan hak orang lewi terhadap kaum awam. “Inilah hak imam terhadap kaum awam” (Ul 18:3).

“Hasil pertama dari gandummu, dari anggurmu dan minyakmu, dan bulu guntingan pertama dari dombamu haruslah kau berikan kepadanya. Sebab Dialah yang dipilih oleh Tuhan, Allahmu, dari segala sukumu, supaya ia senantiasa melayani Tuhan dan menyelenggarakan kebaktian demi nama-Nya, ia dan anak-anaknya.” (Ul 18:4-5).

 Kewajiban umat Allah terhadap orang Lewi, ditekankan sekali lagi dalam Ul pasal 14: “Juga orang Lewi yang diam di dalam tempatmu, janganlah kau abaikan, sebab ia tidak mendapat bagian milik pusaka bersama-sama engkau.” (Ul 14:27).

Dalam PB, hal yang sama ditekankan bahwa: “Dan baiklah dia yang menerima pengajaran dalam Firman, membagi segala sesuatu yang ada padanya dengan orang yang memberikan pengajaran itu.” (Gal 6:6).

Mengapa? Karena itu adalah haknya yang harus ia dapatkan. “ Paulus katakan:

“Apa yang kukatakan ini bukanlah hanya pikiran manusia saja. Bukankah hukum Taurat juga berkata-kata demikian? Sebab dalam hukum Musa ada tertulis: "Janganlah engkau memberangus mulut lembu yang sedang mengirik! " Lembukah yang Allah perhatikan? Atau kitakah yang Ia maksudkan? Ya, untuk kitalah hal ini ditulis, yaitu pembajak harus membajak dalam pengharapan dan pengirik harus mengirik dalam pengharapan untuk memperoleh bagiannya. Jadi, jika kami telah menaburkan benih rohani bagi kamu, berlebih-lebihankah, kalau kami menuai hasil duniawi dari pada kamu? Kalau orang lain mempunyai hak untuk mengharapkan hal itu dari pada kamu, bukankah kami mempunyai hak yang lebih besar? (1 Kor 9:8-12).

“Tidak tahukah kamu, bahwa mereka yang melayani dalam tempat kudus mendapat penghidupannya dari tempat kudus itu dan bahwa mereka yang melayani mezbah, mendapat bahagian mereka dari mezbah itu? Demikian pula Tuhan telah menetapkan, bahwa mereka yang memberitakan Injil, harus hidup dari pemberitaan Injil itu.” (1 Kor 9:13-14).

Kesimpulan

“Dengarkanlah baik-baik segala yang kuperintahkan kepadamu, supaya baik keadaanmu dan keadaan anak-anakmu yang kemudian untuk selama-lamanya, apabila engkau melakukan apa yang baik dan benar di mata TUHAN, Allahmu." (Ul 12:28).

“Segala yang kuperintahkan kepadamu haruslah kamu lakukan dengan setia, janganlah engkau menambahinya ataupun menguranginya.” (Ul 12:32). Asas-asas yang diucapkan, menunjukkan bahwa kekudusan dalam hidup beragama, tidak dihasilkan dengan cara mengikut pola pikir yang dianggap benar, melainkan menyesuaikan perilaku dengan ucapan yang keluar dari mulut Allah.

Dalam PB, Yesus menekankan hal yang sama bahwa: “Kamu memang sudah bersih karena Firman yang telah Kukatakan kepadamu.” (Yoh 15:4), dan Ia bersyafaat kepada Bapa bagi umat tebusan-Nya: “Kuduskanlah mereka dalam kebenaran, Firman-Mu adalah kebenaran.” (Yoh 17:17).


Oleh: Ps. Ayub Melkior, S. Th


Tulisan ini memiliki Hak Cipta, dan tidak diperkenankan untuk mengambil, mengutip, dan mengcopi, tanpa menuliskan nama penulis atau sumber penulisan.

KEHIDUPAN TEOKRATIS DALAM KITAB ULANGAN (2)








Panggilan Untuk Taat
 


A. Anjuran

“Hai umat Israel, dengarlah...” (Ul 4:1).

Allah menuntut perhatian umat-Nya supaya “mendengarkan”; “memperhatikan”, sebab betapa perlunya untuk menaati perintah-perintah Allah yang disampaikan. Apa yang perlu didengarkan oleh umat Tuhan ialah:

1. Ketetapan

“Dengarlah ketetapan” (Ul 4:1). Istilah “ketetapan” diambil dari kata “huqqim” yang artinya “memahat”, dan dengan demikian menunjuk kepada peraturan-peraturan kelakukan yang tetap, yang diperintahkan oleh Allah, melalui hamba-Nya selaku pemegang kuasa, bagi bimbingan perorangan maupun masyarakat.

2. Peraturan (TL “undang-undang)

“Dengarlah ketetapan dan peraturan yang kuajarkan kepadamu..” (Ul 4:1).  Peraturan adalah keputusan pengadilan yang diadakan oleh hamba Allah sebagai pemegang kuasa atau karena adat istiadat yang dipakai sebagai teladan di masa depan, bagi bimbingan para hakim atau pemimpin-pemimpin yang mengepalai umat Allah.

Fungsi mendengarkan ketetapan dan peraturan-peraturan Allah adalah: “untuk dilakukan” (Ul 4:1b). Jadi baik ketetapan maupun peraturan, haruslah didengarkan oleh umat Allah, sehingga mereka bertindak hati-hati supaya tidak meleset dari padanya atau melakukan hal yang yang berbeda dari padanya.

Tujuannya adalah: “Supaya kamu hidup dan memasuki serta menduduki negri yang diberikan kepadamu oleh Tuhan, Allah nenek moyangmu” (Ul 4:1c). “Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap Firman yang keluar dari mulut Allah.” (Mat 4:4). Firman Tuhan adalah “roti hidup” (Ul 8:3); dan Firman itu menunjukkan jalan kepada hidup yang kekal (Mat 19:17; Yoh 6:63).

B. Larangan

Selain dituntut melalui anjuran untuk mendengarkan ketetapan dan peraturan Allah, umat Allah juga diberikan larangan-larangan, penting untuk ditaati. Apa yang dilarang adalah:

1.   Jangan menambahi Perintah Tuhan

“Janganlah kamu menambahi apa yang kuperintahkan kepadamu” (Ul 4:2). Perintah Allah, yang walaupun disampaikan melalui hamba-Nya, berbeda secara tajam dengan kata-kata manusia. Perbedaan ini juga ditekankan oleh Kristus (Mat 5:17-19; 15:6). Apa yang merupakan Firman Allah, adalah wahyu dari Allah, memiliki roh dan berkuasa untuk menghancurkan maupun menghidupkan. Karena itu, “janganlah kamu menambahinya”, yaitu tidak boleh mengadakan perubahan makna asasi yang berguna bagi kesusilaan manusia.

2.   Jangan mengurangi Perintah Tuhan

“Janganlah kamu menguranginya” (Ul 4:2b). Oleh karena perintah itu berasal dari Allah dan hamba Allah yang menyampaikannya hanyalah merupakan penyambung lidah Allah, maka “Janganlah kamu menguranginya”, yaitu meniadakan bahkan satu titik saja pun, atau memandangnya lebih rendah dari hikmat atau pendapat manusia. Yesus menegaskan hal yang sama bahwa: ”Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. Karena itu, siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.” (Mat 5:18-19). 

Tujuannya adalah “Supaya kamu berpegang pada perintah Tuhan Allahmu”(Ul 4:2c). Artinya, supaya umat Allah tidak menggantikan kebenaran Allah dengan dusta (Rom 1:23), melainkan apa yang umat Allah yakini atau imani, benar-benar adalah kebenaran Allah dan bukan tipu rekaan hati manusia, dan dengan demikian iman umat Allah bukan digantungkan kepada hikmat manusia melainkan kepada kekuatan Allah (1 Kor 2:4-5).

C. Peringatan

Umat Allah diperingatkan oleh hamba Allah kepada apa yang mereka lihat (Ul 1:19; 3:21; 4:3; 7:19; 11:7; 29:2, 3); mereka dengar (Ul 4:12; 5:23); dan yang mereka ketahui (Ul 7:15). Apa yang diperingatkan kepada umat Allah adalah:

1.    Baal Peor

“Matamu sendiri telah melihat apa yang diperbuat Tuhan mengenai Baal Peor, sebab Tuhan Allahmu, telah memunahkan dari tengah-tengahmu semua orang yang mengikuti Baal Peor, sedangkan kamu semua yang berpaut pada Tuhan, Allahmu, masih hidup pada hari ini.” (Ul 4:3-4). Baal Peor adalah dewa kafir yang disembah di Peor (Bdk Ul 3:29). Baal adalah kepala dari para ilah Kanaan dan disembah di bawah nama yang berbeda-beda, di bermacam-macam tempat. Penyembahan kepada Baal Peor, atau penyembahan yang dilakukan oleh orang Kanaan sangat berdasarkan hawa nafsu, sehingga bersifat tidak sosila dan merusak akhlak (Bdk Hos 9:10). Umat Allah diperingatkan untuk mengingat apa yang Allah perbuat kepada Baal Peor beserta para penyembahnya, yaitu memunahkan mereka, agar mereka jangan sampai tergoda untuk menyembah berhala yaitu menaruh harap kepada kekuatan mereka sendiri; atau kepada suatu dewa lain, atau patung berhala berupa apapun, selain dari Tuhan Allah saja. Hal ini ditekankan sekali lagi dalam Ul 4:15-20.

2.    Ingat Ketetapan dan Peraturan

“Ingatlah, aku telah mengajarkan ketetapan dan peraturan kepadamu, seperti yang diperintahkan kepadaku oleh Tuhan, Allahku, supaya kamu melakukan yang demikian di dalam negri yang akan kamu masuki untuk mendudukinya.” (Ul 4:5).

Umat Allah diperingatkan untuk mengingat ketetapan dan peraturan yang telah diajarkan atau disampaikan oleh Allah melalui hamba-Nya. Mereka tidak boleh hanya mendengarkannya dengan gembira hati, lalu kemudian melupakannya, atau pun mengaguminya dengan sangat tetapi kemudian mengesampingkannya begitu saja,  melainkan harus menaruhnya di dalam ingatan-ingatan mereka, dan terus bertekun dalam mengingat atau merenungkannya dan senantiasa berhati-hati agar jangan sampai melupakannya.

Tujuannya adalah “Supaya kamu melakukan yang demikian”. Umat Allah harus mengingat ketetapan dan peraturan-peraturan Ilahi, yang diwahyukan kepada hamba Allah melalui proses yang susah payah, agar mereka melakukan persis seperti ketetapan dan perintah itu, tidak lain dari padanya atau kurang dari itu atau berlebih-lebihan dari pada itu.

Cara melakukan perintah Allah adalah: “Lakukanlah itu dengan setia...” (Ul 4:6), yaitu terus melakukannya demikian, dan jangan hanya beberapa kali lalu kemudian berhenti dan tidak lagi melakukannya. Alasanya adalah: Karena itulah kebijaksanaan atau hikmat umat Allah.“Lakukanlah itu dengan setia, sebab itulah yang akan menjadi kebijaksanaanmu dan akal budimu di mata bangsa-bangsa, yang pada waktu mendengar ketetapan ini akan berkata: Memang bangsa yang besar ini adalah umat yang bijaksana dan berakal budi.” (Ul 4:6b).

Yesus menenakan hal yang sama bahwa: “Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana.” (Mat 7:24). Kehormatan umat Allah di hadapan manusia ialah melakukan perintah Tuhan dengan setia.

3.    Waspada Supaya Jangan Lupa

“Waspadalah dan berhati-hatilah supaya jangan engkau melupakan hal-hal yang dilihat oleh matamu sendiri, dan supaya jangan semuanya itu hilang dari ingatanmu seumur hidupmu.” (Ul 4:9; Bdk 1 Tim 4:16). Kelangsungan hidup tergantung kepada mengingat akan perjanjian Allah kepada umat-Nya dan setia kepada perjanjian itu. Karena itu, di sini umat Allah diperingatkan dengan sungguh-sungguh untuk tidak melupakan perjanjian Sinai itu. Mereka harus mengingat asas-asas sifat rohani Allah, bahwa Ia membenci penyembahan berhala serta membenci ketidak-taatan.

Tugas mengingat ini, mati-matian ditekankan baik secara positif maupun negatif (Ul 4:23; 31; 5:15; 6:12; 7:18; 8:2; 11, 14, 19; 9:7; 15:15; 16:3,12; 24:9; 18, 22; 25:17; 32:7). Dan ditambahkan dengan perintah untuk mengajarkannya dan mencatat,  sebagai suatu cara yang membantu untuk mengingatnya, sehinga dengan demikian diletakkan dasar bagi sebuah pengumpulan Kitab Suci. “Beritahukanlah kepada anak-anakmu dan kepada cucu cicitmu semuanya itu” (Ul 4:9c). 

4. Kenangan di Horeb, harus disampaikan kepada keturunan umat Allah (Ul 4:10).  Kenangan itu dapat dikelompokkan menjadi 4 jenis, yaitu:

-          Dihubungkan dengan Perjalanan dari Mesir ke Sinai

-          Pemberian Hukum di Sinai

-          Perjalanan dari Horeb ke Kadesy

-          Peristiwa-peristiwa yang terjadi 2 tahun terakhir.

Kenangan kelompok kedua, mengisi Ulangan Pasal 5, 6, 9, dan 10, yang menunjuk kepada perjanjian, Dasa Firman, kemurtadan anak lembu emas, pemberian loh-loh untuk yang kedua kalinya dan pengkhususan suku Lewi.  Setiap pokok-pokok ini ditekankan sebagai unsur-unsur yang harus dipelihara oleh umat Allah dalam hubungan perjanjian antara Allah dengan mereka. Alasannya adalah: Karena “Tuhan telah mengambil kamu dan membawa kamu keluar dari dapur peleburan besi. Dari Mesir untuk menjadi umat milik-Nya sendiri, seperti yang terjadi sekarang ini.” (Ul 4:20).


Kesimpulan

“Sebab itu ketahuilah pada hari ini dan camkanlah, bahwa Tuhanlah Allah yang di langit di atas dan di bumi di bawah, tidak ada yang lain. Berpeganglah pada ketetapan dan perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, supaya baik  keadaanmu dan keadaan anak-anakmu yang kemudian, dan supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk selamanya." (Ul 4:39-40).


Oleh: Ps. Ayub Melkior, S. Th


Tulisan ini memiliki Hak Cipta, dan tidak diperkenankan untuk mengambil, mengutip, atau mengcopi, tanpa menuliskan nama penulis atau sumber penulisan.