Rabu, 20 April 2016

"14 NASIHAT DALAM KITAB AMSAL, UNTUK PEMIMPIN"


Ini adalah nasihat-nasihat Kitab Amsal, khusus bagi pemimpin. Ada 14 nasihat:


1.  “Kemuliaan Allah ialah merahasiakan sesuatu, tetapi kemuliaan raja-raja ialah menyelidiki sesuatu. Seperti tingginya langit dan dalamnya bumi, demikianlah hati raja-raja tidak terduga. Sisihkan orang fasik dari hadapan raja, maka kokohlah tahtannya oleh kebenaran.” (Ams 25:2-4)

Artinya:
Allah telah memutuskan untuk tidak mengungkapkan segala sesuatu dengan jelas. Bandingkan dengan 1 Korintus 2: 6-7 “Sungguhpun demikian kami memberitakan hikmat di kalangan mereka yang telah matang, yaitu hikmat yang bukan dari dunia ini, dan yang bukan dari penguasa-penguasa dunia ini, yaitu penguasa-penguasa yang akan ditiadakan. Tetapi yang kami beritakan ialah hikmat Allah yang tersembunyi dan rahasia, yang sebelum dunia dijadikan, telah disediakan Allah bagi kemuliaan kita.”

Ia telah merahasiakan banyak hal namun dapat menyingkapkannya kepada orang yang mau bergaul karib dengan-Nya melalui doa dan Firman. Bandingkan Yeremia 33:3 “Berserulah kepada-Ku, maka Aku akan menjawab engkau dan akan memberitahukan kepadamu hal-hal yang besar dan yang tidak terpahami, yakni hal-hal yang tidak kauketahui.” Para pemimpin seharusnya dengan tekun menggali kedalaman penyataan Allah di dalam Firman-Nya, karena itulah hikmat yang mengokohkan tahta atau kepemimpinannya.

Perhatikan pengulangan kata-kata kunci dalam ayat 2 dan 3 yang diterjemahkan “menyelidiki” (search out) dan “tak terduga” (unsearchable). Juga dalam ayat 4 dan 5, mengenai pemurnian perak  sisihkanlah” dikaitkan dengan tindakan tegas untuk penyingkiran orang-orang jahat dalam lingkungan kepemimpinan. Membiarkan orang jahat menjadi bagian dalam kepemimpinan adalah tindakan yang fasik.

 Bandingkan dengan Amsal 26:10 “Siapa mempekerjakan orang bebal dan orang-orang yang lewat, adalah seperti pemanah yang melukai tiap-tiap orang.” (Ams 26:10); Dan Amsal 16:12 “Melakukan kefasikan adalah kekejian bagi raja, karena tahta menjadi kokoh oleh kebanaran”. Raja atau Pemimpin yang ideal dikokohkan oleh kebenaran.


2.  “Keputusan dari Allah ada di bibir raja, kalau ia mengadili mulutnya tidak berbuat salah.” (Ams 16:10)

Raja atau pemimpin sebagai hakim atau penentu yang memang menjatuhkan hukum atau keputusan atas nama Allah, (lht. 2Sa 14:18-20; 1Ra 3:4-28). Karena itu tiga hal yang sangat perlu diperhatikan adalah: (1). Hikmat Allah dalam membuat keputusan; (2). Kebenaran dalam mengambil keputusan, dan (3). Keadilan dalam memberi keputusan.


3.  “Bibir yang benar dikenan raja dan orang yang bicara jujur dikasihinya.” (Ams 16:13).

Tempat terbaik bagi sang pemimpin untuk meletakkan hati, kepercayaan atau perkenanannya, haruslah ditemukan dalam orang yang  jujur. Tidak bijak bila mempercayai penjilat.


4.  “Wajah Raja yang bercahaya memberi hidup dan kebaikannya seperti awan hujan musim semi.” (Ams 16:15)

Artinya:
Wajah bercahaya” menandai tindakan baik yang diberikan. Bandingkan Mazmur 4:7 Banyak orang berkata: "Siapa yang akan memperlihatkan yang baik kepada kita?" Biarlah cahaya wajah-Mu menyinari kami,  ya TUHAN!”

Kebaikannya” menandai kualitas pribadi yang dimiliki. Bandingkan dengan Amsal 19:12 Kemarahan raja adalah seperti raung singa muda, tetapi kebaikkannya seperti embun yang turun ke atas rumput”

Awan hujan musim Semi” menandai pengharapan akan datangnya kebaikan-kebaikan seperti mendung mendatangkan hujan. Kebaikan yang ditunjukkan seorang pemimpin dan kualitas kebaikan pribadi yang dimilikinya adalah hal bermanfaat yang memberi kehidupan kepada orang banyak dan harapan bagi banyak orang.


5.  “Raja yang bersemayam di atas kursi pengadilan, dapat mengetahui segala yang jahat dengan matanya.” (Ams 20:8)

Artinya:
Pemimpin yang memimpin dengan bijaksana, yakni bermurni hati, adil dan jujur, dapat mengenali siasat jahat dari orang-orang tertentu. Bandingkan dengan Amsal 20:26 Raja yang bijak dapat mengenal orang fasik dan menggilas mereka berulang-ulang.”


6.  “Kasih dan setia melindungi raja, dan dengan kasih ia menopang tahtanya.” (Ams 20:28)

Pemimpin yang memimpin dengan kasih, berdaya tahan lebih lama. Bandingkan Saul dan Daud.


7.  “Hati raja seperti batang air di tangan Tuhan, dialirkan-Nya kemana Ia ingini.” (Ams 21:1)

Ayat ini tidak berarti bahwa segala sesuatu yang dirindukan atau dilakukan seorang pemimpin nasional datang langsung dari Tuhan; pasti Allah bukan penyebab aneka kejahatan yang dilakukan para pemimpin (Yak 1:13-15). Sebaliknya, ayat ini berarti, Allah mempunyai kekuasaan tertinggi atas semua pemimpin di dunia ini dan kapan pun Ia mau, Ia dapat mempengaruhi keputusan mereka sehingga menunjang maksud penebusan-Nya dalam sejarah (bd. Kel 10:1-2; Ezr 7:21; Yes 10:5-7; 45:1-6). PB mengajarkan bahwa doa umat Allah mempengaruhi Tuhan untuk mengarahkan keputusan para pemimpin sehingga lebih sesuai dengan kehendak-Nya (1Tim 2:1-3).


8.  “Jika orang benar bertambah, bersukacitalah rakyat, tetapi jika orang fasik memerintah, berkeluh kesahlah rakyat.” (Ams 29:2)

Artinya:
Pemimpin yang  berperilaku jahat, menjadikan rakyat atau anggotanya korban. Bandingkan dengan Yosua 7:1; 12. Akibat Akhan Bin Karmi mencuri, (1). 36 orang dari umat Israel tewas di medan perang; (2). Bangsa Israel mengalami kekalahan dan (3). Istri serta semua anak-anaknya dibakar hidup-hidup (ay 24).

Bandingkan dengan: Amsal 28:15 “Seperti singa yang meraung atau beruang yang menyerbu, demikianlah orang fasik yang memerintah rakyatnya”  dan bandingkan dengan Amsal 28:28 Jika orang fasik mendapat kekuasaan, orang menyembunyikan diri, tetapi jika mereka binasa bertambahlah jumlah orang benar.” Demikian dinasihatkan Ayub 34: 30 “supaya jangan menjadi raja  orang fasik yang adalah jerat bagi orang banyak.”


9.  “Seorang pemimpin yang tidak mempunyai pengertian, keras penindasannya, tetapi orang yang membenci laba yang tidak halal, memperpanjang umurnya.” (Ams 28:16)

Artinya:
Pemimpin wajib memiliki hikmat agar tidak mengandalkan otot dan akal bulus yang jahat. Bandingkan dengan Pengkhotbah 10:10 “Jika besi menjadi tumpul dan tidak diasah, maka orang harus memperbesar tenaga, tetapi yang terpenting untuk berhasil adalah hikmat.”

Bandingkan dengan Amsal 8:15-16 “Karena aku  (hikmat) para raja memerintah, dan para pembesar menetapkan keadilan. Karena aku para pembesar berkuasa juga para bangsawan dan semua hakim di bumi.”



10.     “Dengan keadilan seorang raja menegakkan negrinya, tetapi orang yang memungut banyak pajak, meruntuhkannya.” (Ams 29:4).


Bukan banyaknya peraturan yang mengokohkan tahta atau sebuah kepemimpinan, melainkan keadilan dan kebijaksanaan. Bandingkan dengan Amsal 29:14 “Raja yang menghakimi orang lemah dengan adil, tahtannya tetap kokoh untuk selama-lamanya.”



11.     “Kalau pemerintah memperhatikan kebohongan, semua pegawainya menjadi fasik.” (Ams 29:12)

Artinya:
Jika pemimpin itu sendiri berbohong, semua pegawai akan menjadi jahat. Bandingkan dengan Raja Manasye: Manasye menyesatkan mereka , sehingga mereka melakukan yang jahat  lebih dari pada bangsa-bangsa yang telah dipunahkan TUHAN dari hadapan orang Israel.” (2 Raja-raja 21:9).



12.     “Bila tidak ada wahyu, menjadi liarlah rakyat. Berbahagialah orang yang berpegang pada hukum .”(Ams 29:18)

Kata “Wahyu” dalam terjemahan Ibrani adalah “Torah” atau Hukum yang dinyatakan kepada para Nabi. Jadi ketika tidak ada penyataan jelas dan pernyataan tegas tentang kehendak dan standar Allah dalam sebuah kepemimpinan, maka rakyat atau anggota akan kehilangan keyakinan  mereka, membuang pengekangan moral mereka dan akhirnya musnah.

Bandingkan dengan Keluaran 32:25 Ketika Musa melihat, bahwa bangsa itu seperti kuda terlepas dari kandang....sebab Harun telah melepaskannya, sampai menjadi buah cemooh bagi lawan mereka“

Kehendak Allah yang dinyatakan dan perintah-Nya yang benar sebagaimana diungkapkan dalam Alkitab, harus senantiasa dipegang teguh, jika tidak, kita akan mulai menjadi serupa dengan dunia (bd. Rom 12:1-2) dan melanggar hukum Allah.


13.     “Tidak pantas bagi raja, hai Lamuel. Tidak pantas bagi raja minum anggur, atau pun bagi pembesar mengingini minuman keras.  Jangan sampai karena minum ia melupakan apa yang ditetapkan dan membengkokkan hak orang-orang yang tertindas.” (Ams 31: 4-5)

Artinya:
Allah memiliki standar yang tinggi sekali bagi para raja atau pemimpin, khususnya mengenai minum anggur yang difermentasi dan minuman memabukkan.  Bangdingkan dengan Yeremia 5:22 Celakalah mereka yang menjadi jago minum  dan juara dalam mencampur minuman keras.”

Bandingkan dengan Amsal 20:1 “Anggur adalah pencemooh, minuman keras adalah peribut , tidaklah bijak orang yang terhuyung-huyung karenanya.” Bandingkan dengan Pengkhotbah 10:17 Berbahagialah engkau tanah, kalau rajamu seorang yang berasal dari kaum pemuka, dan pemimpin-pemimpinmu makan pada waktunya dalam keperkasaan dan bukan dalam kemabukan!”

Alasan raja dan pemimpin tidak boleh negonsumsi minuman memabukkan adalah, bahwa mereka mungkin akan melupakan apa yang ditetapkan hukum. Minuman semacam itu akan melemahkan moral mereka dan menyebabkan mereka tidak menaati hukum Allah dan memutarbalikkan keadilan.


14.     “Jangan berikan kekuatanmu kepada perempuan, dan jalanmu kepada perempuan-perempuan yang membinasakan raja-raja.” (Ams 31:3)

Artinya:
Pemimpin harus berusaha sebisa-bisanya untuk tidak berzinah, sebab perzinahan menghancurkan kualitas kepemimpinan dan juga mengakibatkan banyak kerugian-kerugian. Bandingkan dengan Amsal 5:1-11

Hai anakku,  perhatikanlah hikmatku, arahkanlah telingamu kepada kepandaian yang kuajarkan, supaya engkau berpegang pada kebijaksanaan dan bibirmu memelihara pengetahuan. Karena bibir perempuan jalang   menitikkan tetesan madu dan langit-langit mulutnya lebih licin dari pada minyak tetapi kemudian ia pahit seperti empedu, dan tajam seperti pedang bermata dua. Kakinya turun menuju maut, langkahnya menuju dunia orang mati. Ia tidak menempuh jalan kehidupan, jalannya sesat, tanpa diketahuinya. Sebab itu, hai anak-anak, dengarkanlah aku, janganlah kamu menyimpang dari pada perkataan mulutku. Jauhkanlah jalanmu dari pada dia, dan janganlah menghampiri pintu rumahnya, supaya engkau jangan menyerahkan keremajaanmu kepada orang lain, dan tahun-tahun umurmu kepada orang kejam; supaya orang lain jangan mengenyangkan diri dengan kekayaanmu, dan hasil susah payahmu jangan masuk ke rumah  orang yang tidak dikenal dan pada akhirnya engkau akan mengeluh, kalau daging dan tubuhmu habis binasa.”


Oleh: Ayub Melkior, S. Th

1 komentar:

Terima kasih