Ini adalah nasihat-nasihat Kitab Amsal, khusus bagi pemimpin. Ada 14 nasihat:
1. “Kemuliaan Allah
ialah merahasiakan sesuatu, tetapi kemuliaan raja-raja ialah menyelidiki
sesuatu. Seperti tingginya langit dan dalamnya bumi, demikianlah hati raja-raja
tidak terduga. Sisihkan orang fasik dari hadapan raja, maka kokohlah tahtannya
oleh kebenaran.” (Ams 25:2-4)
Artinya:
Allah telah
memutuskan untuk tidak mengungkapkan segala sesuatu dengan jelas. Bandingkan
dengan 1 Korintus 2: 6-7 “Sungguhpun demikian
kami memberitakan hikmat di kalangan mereka yang telah matang, yaitu hikmat
yang bukan dari dunia ini, dan yang bukan dari penguasa-penguasa dunia ini,
yaitu penguasa-penguasa yang akan ditiadakan. Tetapi yang kami beritakan ialah
hikmat Allah yang tersembunyi dan rahasia, yang sebelum dunia dijadikan, telah
disediakan Allah bagi kemuliaan kita.”
Ia telah
merahasiakan banyak hal namun dapat menyingkapkannya kepada orang yang mau
bergaul karib dengan-Nya melalui doa dan Firman. Bandingkan Yeremia 33:3 “Berserulah kepada-Ku,
maka Aku akan menjawab engkau dan akan memberitahukan kepadamu hal-hal yang
besar dan yang tidak terpahami, yakni hal-hal yang tidak kauketahui.” Para pemimpin seharusnya dengan
tekun menggali kedalaman penyataan Allah di dalam Firman-Nya, karena itulah
hikmat yang mengokohkan tahta atau kepemimpinannya.
Perhatikan
pengulangan kata-kata kunci dalam ayat 2 dan 3 yang diterjemahkan “menyelidiki”
(search out) dan “tak terduga” (unsearchable). Juga dalam
ayat 4 dan 5, mengenai pemurnian perak “sisihkanlah”
dikaitkan dengan tindakan tegas untuk penyingkiran orang-orang jahat dalam
lingkungan kepemimpinan. Membiarkan orang jahat menjadi bagian dalam
kepemimpinan adalah tindakan yang fasik.
Bandingkan dengan Amsal 26:10 “Siapa mempekerjakan orang bebal dan orang-orang yang lewat, adalah
seperti pemanah yang melukai tiap-tiap orang.” (Ams 26:10); Dan
Amsal 16:12 “Melakukan kefasikan adalah kekejian bagi raja,
karena tahta menjadi kokoh oleh kebanaran”. Raja atau Pemimpin yang ideal
dikokohkan oleh kebenaran.
2.
“Keputusan dari Allah ada di bibir raja, kalau ia
mengadili mulutnya tidak berbuat salah.” (Ams 16:10)
Raja atau
pemimpin sebagai hakim atau penentu yang memang menjatuhkan hukum atau
keputusan atas nama Allah, (lht. 2Sa 14:18-20; 1Ra 3:4-28). Karena itu tiga hal
yang sangat perlu diperhatikan adalah: (1). Hikmat Allah dalam membuat
keputusan; (2). Kebenaran dalam mengambil keputusan, dan (3). Keadilan dalam
memberi keputusan.
3.
“Bibir yang benar dikenan raja dan orang yang bicara
jujur dikasihinya.” (Ams 16:13).
Tempat terbaik
bagi sang pemimpin untuk meletakkan hati, kepercayaan atau perkenanannya,
haruslah ditemukan dalam orang yang
jujur. Tidak bijak bila mempercayai penjilat.
4.
“Wajah Raja yang bercahaya memberi hidup dan
kebaikannya seperti awan hujan musim semi.” (Ams 16:15)
Artinya:
“Wajah
bercahaya” menandai tindakan baik yang diberikan. Bandingkan Mazmur 4:7 “Banyak orang berkata: "Siapa yang akan memperlihatkan yang
baik kepada kita?" Biarlah cahaya wajah-Mu menyinari kami, ya TUHAN!”
“Kebaikannya”
menandai kualitas pribadi yang dimiliki. Bandingkan dengan Amsal 19:12 “Kemarahan raja adalah seperti raung singa muda, tetapi kebaikkannya
seperti embun yang turun ke atas rumput”
“Awan hujan
musim Semi” menandai pengharapan akan datangnya kebaikan-kebaikan seperti
mendung mendatangkan hujan. Kebaikan yang ditunjukkan seorang pemimpin dan
kualitas kebaikan pribadi yang dimilikinya adalah hal bermanfaat yang memberi
kehidupan kepada orang banyak dan harapan bagi banyak orang.
5.
“Raja yang bersemayam di atas kursi pengadilan, dapat
mengetahui segala yang jahat dengan matanya.” (Ams 20:8)
Artinya:
Pemimpin yang
memimpin dengan bijaksana, yakni bermurni hati, adil dan jujur, dapat mengenali siasat
jahat dari orang-orang tertentu. Bandingkan dengan Amsal 20:26 “Raja yang bijak dapat mengenal orang fasik dan menggilas mereka
berulang-ulang.”
6.
“Kasih dan setia melindungi raja, dan dengan kasih ia
menopang tahtanya.” (Ams 20:28)
Pemimpin yang
memimpin dengan kasih, berdaya tahan lebih lama. Bandingkan Saul dan Daud.
7.
“Hati raja seperti batang air di tangan Tuhan,
dialirkan-Nya kemana Ia ingini.” (Ams 21:1)
Ayat ini tidak
berarti bahwa segala sesuatu yang dirindukan atau dilakukan seorang pemimpin
nasional datang langsung dari Tuhan; pasti Allah bukan penyebab aneka kejahatan
yang dilakukan para pemimpin (Yak 1:13-15). Sebaliknya, ayat ini berarti, Allah
mempunyai kekuasaan tertinggi atas semua pemimpin di dunia ini dan kapan pun Ia
mau, Ia dapat mempengaruhi keputusan mereka sehingga menunjang maksud
penebusan-Nya dalam sejarah (bd. Kel 10:1-2; Ezr 7:21; Yes 10:5-7; 45:1-6). PB
mengajarkan bahwa doa umat Allah mempengaruhi Tuhan untuk mengarahkan keputusan
para pemimpin sehingga lebih sesuai dengan kehendak-Nya (1Tim 2:1-3).
8.
“Jika orang benar bertambah, bersukacitalah rakyat,
tetapi jika orang fasik memerintah, berkeluh kesahlah rakyat.” (Ams 29:2)
Artinya:
Pemimpin yang berperilaku jahat, menjadikan rakyat atau
anggotanya korban. Bandingkan dengan Yosua 7:1; 12. Akibat Akhan Bin Karmi mencuri,
(1). 36 orang dari umat Israel tewas di medan perang; (2). Bangsa Israel mengalami
kekalahan dan (3). Istri serta semua anak-anaknya dibakar hidup-hidup (ay 24).
Bandingkan
dengan: Amsal 28:15 “Seperti singa yang meraung atau beruang yang
menyerbu, demikianlah orang fasik yang memerintah rakyatnya” dan bandingkan dengan Amsal 28:28 “Jika orang fasik mendapat kekuasaan, orang menyembunyikan diri,
tetapi jika mereka binasa bertambahlah jumlah orang benar.” Demikian
dinasihatkan Ayub 34: 30 “supaya
jangan menjadi raja orang
fasik yang adalah jerat bagi orang banyak.”
9.
“Seorang pemimpin yang tidak mempunyai pengertian,
keras penindasannya, tetapi orang yang membenci laba yang tidak halal,
memperpanjang umurnya.” (Ams 28:16)
Artinya:
Pemimpin wajib
memiliki hikmat agar tidak mengandalkan otot dan akal bulus yang jahat.
Bandingkan dengan Pengkhotbah 10:10 “Jika besi
menjadi tumpul dan tidak diasah, maka orang harus memperbesar tenaga, tetapi
yang terpenting untuk berhasil adalah hikmat.”
Bandingkan dengan
Amsal 8:15-16 “Karena aku
(hikmat) para raja memerintah, dan para pembesar menetapkan
keadilan. Karena aku para pembesar berkuasa juga para bangsawan dan semua hakim
di bumi.”
10.
“Dengan keadilan seorang raja menegakkan negrinya,
tetapi orang yang memungut banyak pajak, meruntuhkannya.” (Ams 29:4).
Bukan banyaknya
peraturan yang mengokohkan tahta atau sebuah kepemimpinan, melainkan keadilan
dan kebijaksanaan. Bandingkan dengan Amsal 29:14 “Raja yang menghakimi orang lemah dengan adil, tahtannya tetap kokoh
untuk selama-lamanya.”
11.
“Kalau pemerintah memperhatikan kebohongan, semua
pegawainya menjadi fasik.” (Ams 29:12)
Artinya:
Jika pemimpin itu
sendiri berbohong, semua pegawai akan menjadi jahat. Bandingkan dengan Raja
Manasye: “Manasye menyesatkan mereka ,
sehingga mereka melakukan yang jahat lebih dari pada bangsa-bangsa yang telah
dipunahkan TUHAN dari hadapan orang Israel.” (2 Raja-raja 21:9).
12.
“Bila tidak ada wahyu, menjadi liarlah rakyat.
Berbahagialah orang yang berpegang pada hukum .”(Ams 29:18)
Kata “Wahyu”
dalam terjemahan Ibrani adalah “Torah” atau Hukum yang dinyatakan kepada para
Nabi. Jadi ketika tidak ada penyataan jelas dan pernyataan tegas tentang
kehendak dan standar Allah dalam sebuah kepemimpinan, maka rakyat atau anggota
akan kehilangan keyakinan mereka,
membuang pengekangan moral mereka dan akhirnya musnah.
Bandingkan dengan
Keluaran 32:25 “Ketika Musa melihat,
bahwa bangsa itu seperti kuda terlepas dari kandang....sebab Harun telah
melepaskannya, sampai menjadi buah cemooh bagi lawan mereka“
Kehendak Allah
yang dinyatakan dan perintah-Nya yang benar sebagaimana diungkapkan dalam
Alkitab, harus senantiasa dipegang teguh, jika tidak, kita akan mulai menjadi
serupa dengan dunia (bd. Rom 12:1-2) dan melanggar hukum Allah.
13.
“Tidak pantas bagi raja, hai Lamuel. Tidak pantas
bagi raja minum anggur, atau pun bagi pembesar mengingini minuman keras. Jangan sampai karena minum ia melupakan apa
yang ditetapkan dan membengkokkan hak orang-orang yang tertindas.” (Ams 31: 4-5)
Artinya:
Allah memiliki
standar yang tinggi sekali bagi para raja atau pemimpin, khususnya mengenai
minum anggur yang difermentasi dan minuman memabukkan. Bangdingkan dengan Yeremia 5:22 “Celakalah mereka yang menjadi jago minum dan juara dalam mencampur minuman keras.”
Bandingkan dengan
Amsal 20:1 “Anggur adalah pencemooh, minuman
keras adalah peribut , tidaklah bijak orang yang
terhuyung-huyung karenanya.” Bandingkan dengan
Pengkhotbah 10:17 “Berbahagialah engkau
tanah, kalau rajamu seorang yang berasal dari kaum pemuka, dan
pemimpin-pemimpinmu makan pada waktunya dalam keperkasaan dan bukan dalam
kemabukan!”
Alasan raja dan
pemimpin tidak boleh negonsumsi minuman memabukkan adalah, bahwa mereka mungkin akan
melupakan apa yang ditetapkan hukum. Minuman semacam itu akan melemahkan moral
mereka dan menyebabkan mereka tidak menaati hukum Allah dan memutarbalikkan
keadilan.
14.
“Jangan berikan kekuatanmu kepada perempuan, dan
jalanmu kepada perempuan-perempuan yang membinasakan raja-raja.” (Ams 31:3)
Artinya:
Pemimpin harus
berusaha sebisa-bisanya untuk tidak berzinah, sebab perzinahan menghancurkan
kualitas kepemimpinan dan juga mengakibatkan banyak kerugian-kerugian. Bandingkan
dengan Amsal 5:1-11
“Hai anakku, perhatikanlah hikmatku, arahkanlah telingamu
kepada kepandaian yang kuajarkan, supaya engkau berpegang pada
kebijaksanaan dan bibirmu memelihara pengetahuan. Karena bibir perempuan jalang
menitikkan tetesan madu dan langit-langit mulutnya lebih licin dari
pada minyak tetapi kemudian ia pahit seperti empedu, dan tajam seperti pedang
bermata dua. Kakinya turun menuju maut, langkahnya menuju dunia orang mati. Ia
tidak menempuh jalan kehidupan, jalannya sesat, tanpa diketahuinya. Sebab
itu, hai anak-anak, dengarkanlah aku, janganlah kamu menyimpang dari pada
perkataan mulutku. Jauhkanlah jalanmu dari pada dia, dan janganlah menghampiri
pintu rumahnya, supaya engkau jangan menyerahkan keremajaanmu kepada orang
lain, dan tahun-tahun umurmu kepada orang kejam; supaya orang lain jangan
mengenyangkan diri dengan kekayaanmu, dan hasil susah payahmu jangan masuk ke
rumah orang yang tidak
dikenal dan pada akhirnya engkau akan mengeluh, kalau daging dan tubuhmu habis
binasa.”
Oleh: Ayub Melkior, S. Th
Oleh: Ayub Melkior, S. Th
Terima kasih...
BalasHapus