Alkitab bersaksi: “Sesudah Iblis mengakhiri semua pencobaan itu, ia mundur dari pada-Nya dan menunggu waktu yang baik.” (Luk 4:13).
Cuplikan Ayat ini memberitahu kita bahwa Iblis mempunyai momentum tersendiri, yang khusus dan baik baginya, untuk mendatangi kita dan mencuri, membunuh, serta membinasakan kita. Ia tahu kapan dan bagaimana kesempatan yang tepat untuk bisa merusak kehidupan kita. Oleh sebab itu, merupakan suatu hal yang menguntungkan, bila kita mengenali saat-saat yang menjadi peluang, kesempatan, atau celah bagi Iblis untuk menyerang kita, sama seperti tuan rumah tahu saat mana perampok itu akan datang.
Alkitab mencatat 8 celah, yang merupakan pintu bagi Iblis untuk masuk ke dalam diri kita dan merusak kehidupan kita.
Pertama; Tidak berdoa
Alkitab berkata: “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu tidak jatuh ke dalam pencobaan, sebab roh memang penurut, tetapi daging lemah.” (Mat 26:41).
Berkeliaran ke mana-mana, terlalu sibuk, atau menuruti keinginan daging untuk bersantai-santai, sehingga lalai bersekutu dengan Tuhan melalui saat teduh dan doa, menjadi suatu peluang tersendiri bagi kuasa kegelapan untuk menyerang Anda dengan berbagai-bagai macam pencobaan. Persis pada saat hubungan kita dengan Tuhan merenggang, kita melemah, sehingga Iblis beroleh peluang untuk segera meluncurkan panah apinya, tipu dayanya, rayuan mautnya dan berharap kita termakan umpannya dan jatuh ke dalam perangkapnya.
Para murid mengalaminya ketika Yesus memerintahkan mereka untuk berdoa, minimal satu jam. Namun di tengah-tengah taman Getsemani itu, masing-masing mereka malah mencari tempat dan tidur. Sehingga ketika tiba waktunya sekelompok orang mendekati Yesus untuk menangkap-Nya, murid-murid tidak tahan lagi. Mereka tidak bisa bersikap layaknya seorang murid Kristus. Mereka sangat emosi, menumpahkan darah orang, mengandalkan pedang, dan ingin melawan seperti orang duniawi.
Di sini Anda dapat melihat bahwa, keteledoran dalam hubungan dengan Allah, membuka peluang lebar-lebar bagi Iblis untuk masuk dan mendesak-desak kedagingan kita yang lemah ini, untuk berbuat macam-macam dosa, sampai ke tingkatan yang parah. Setan adalah profesor perusak. Sekali ia mendapat peluang untuk bisa masuk ke dalam diri Anda, ia akan menghantam seluruh lini kehidupan Anda dan berjuang dengan penuh keringat untuk menciptakan kekacauan sebisa yang ia dapat.
Itulah sebabnya, Guru Besar kita yang sudah berpengalaman itu, mengingatkan setiap kita sebagai pengikut-Nya: “Berjaga-jaga dan berdoalah supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan.” Hanya apabila kita senatiasa merawat dan memelihara hubungan kita dengan Tuhan, celah bagi Iblis itu tertutup dan “si kunyu” tidak mendapat peluang untuk masuk dan membuat huru-hara dalam kehidupan kita. Oleh sebab itu, se-sibuk apa pun Anda, jangan lupa untuk berdoa dan merenungkan Firman Tuhan.
Kedua; Suami-Istri Yang Saling Menjauhi
Alkitab berkata tentang Suami-Istri: “Janganlah kamu saling menjauhi, kecuali dengan persetujuan bersama untuk sementara waktu, supaya kamu mendapat kesempatan untuk berdoa. Sesudah itu hendaklah kamu kembali hidup bersama-sama, supaya Iblis jangan menggodai kamu, karena kamu tidak tahan bertarak.” (1 Kor 7:4-5).
“Janganlah saling menjauhi”, sudah pasti tidak hanya saling berjauhan secara fisik, tetapi juga secara emosional. Suami-Istri harus “hidup bersama” dalam arti, saling berdekatan secara fisik dan juga hidup bersama-sama secara emosional. Mereka harus akur, seia-sekata, dan harmonis.
Apabila mereka saling “menjauhi” maka Iblis beroleh peluang untuk menyerang dengan berbagai godaan, melalui hawa nafsu yang tak tertahankan. Mungkin Anda berkata: “Aku tidak selingkuh kok, kalau berjauhan dengan pasanganku” Saya katakan: “Puji Tuhan!” tetapi baik-baiklah memperhatikan bahwa, jika Iblis diberi peluang dan masuk ke dalam diri Anda, dia pasti akan mengerjakan sesuatu bagi rencananya sendiri.
Mungkin ia tidak membuat Anda berselingkuh, tetapi ia bisa membuat hati Anda lama-kelamaan menjadi dingin terhadap pasangan Anda. Atau sebaliknya, ia menjadikan Anda merasa selalu saja merindukan pasangan Anda, sehingga Anda tidak berkonsentrasi atau segenap hati, dalam mengerjakan hal-hal. Ia bisa menyuntikan prasangka yang bukan-bukan, sehingga Suami atau istri berprasangka buruk terhadap pasangannya, bahwa mungkin pasanganku tidak peduli lagi, mungkin ia sedang mempunyai PIL/WIL, ditambah lagi berbagai prasangka buruk lainnya, yang sebenarnya sama sekali tidak terjadi demikian. Ada sejuta hal lainnya yang bisa Iblis kerjakan melalui peluang yang diberikan kepadanya, untuk merusak kehidupan Anda dan juga pasangan Anda.
Sasarannya adalah menjadikan suami-Istri, masing-masing menodai diri mereka sendiri dengan prasangka mereka sendiri dan hawa nafsu mereka sendiri, yang sudah dikaruniakan Tuhan untuk maksud yang baik, namun menjadikan mereka keluarga yang cemar, najis, dan tidak berkenan kepada Allah.
Oleh sebab itu, walaupun Anda adalah orang yang diberi kasih karunia Tuhan untuk 100% mampu mengendalikan hawa nafsu Anda, tetap saja Tuhan tidak mengijinkan Anda memberi kesempatan kepada Iblis untuk menggocoh Anda. Tugas Anda tetap berlaku, yaitu berusahalah untuk tidak memberi peluang atau celah kepada Iblis untuk merusak kehidupan Anda dan pasangan Anda.
Ketiga; Iri hati
Senang melihat orang lain lebih rendah dari Anda dan susah melihat orang lain sedikit lebih baik dari Anda, berarti Anda adalah orang yang iri hati dan itu merupakan pintu masuk bagi Iblis untuk menggocoh Anda.
Alkitab menceritakan bahwa pada waktu Saul dan Daud kembali dari perang melawan orang Filistin, sejumlah wanita menyambut mereka dengan nyanyian dan tari-tarian. Mereka bernyanyi berbalas-balasan bahwa: “Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa”. Mendengar itu, bangkitlah amarah Saul dengan sangat dan mulai hari itu, ia iri dan dengki terhadap Daud. (Lht. 1 Sam 18:6-9). Kemudian, 1 Samuel pasal 18:10, melaporkan bahwa “Keeseokan harinya, berkuasalah roh jahat atas Saul dan Saul selalu berusaha untuk membunuh Daud.”
Persis pada saat hati Anda panas karena orang lain lebih berhasil dari Anda, Anda sedang membuka celah bagi masuknya roh jahat untuk merusak kehidupan Anda lebih jauh lagi. Sama seperti pengalaman Kain terhadap adiknya Habel, iri hati akan mengundang Iblis masuk dan menjadikan Anda sakit hati yang berkepanjangan dengan orang, membenci, sinis, tidak ramah, mencari kaki orang lain untuk menjatuhkan, dan siasat jahat lainnya bahkan sampai kepada pembunuhan.
Sudah sering terbukti bahwa di mana-mana iri hati tidak pernah mendatangkan kebaikan apa pun bagi Anda, itu hanya mengundang setan-setan untuk masuk dan tinggal di dalam hati Anda dan merusak Anda maupun orang lain. Oleh sebab itu, tidak perlu iri terhadap orang lain. Dengan demikian Anda tidak membuka celah bagi kuasa kegelapan untuk mengacaukan hidup Anda.
Keempat; Menyombongkan diri
Celah lain yang menjadi kesempatan bagi Iblis untuk merusak kehidupan kita ialah kesombongan. Paulus mendefinisikan bahwa sombong adalah memandang atau menilai diri lebih tinggi dari yang sebenarnya. Ia katakan: “Saudara-saudara, kata-kata ini aku kenakan pada diriku sendiri dan pada Apolos, karena kamu, supaya dari teladan kami kamu belajar apakah artinya ungkapan: "Jangan melampaui yang ada tertulis ", supaya jangan ada di antara kamu yang menyombongkan diri dengan jalan mengutamakan yang satu dari pada yang lain. Sebab siapakah yang menganggap engkau begitu penting? Dan apakah yang engkau punyai, yang tidak engkau terima? Dan jika engkau memang menerimanya, mengapakah engkau memegahkan diri , seolah-olah engkau tidak menerimanya? (1 Kor 4:6-7).
Kesombongan bukan penilaian orang lain terhadap Anda, tetapi pandangan Anda sendiri tentang diri Anda. Tidak perlu orang lain memberitahu Anda bahwa Anda sombong, tetapi sudah seharunya Anda ketahui sendiri bahwa saat Anda memandang diri Anda melebihi yang sebenarnya, Anda sedang menyombongkan diri.
Kesombongan adalah celah untuk masuknya Iblis dan menggulingkan Anda. Lihat saja, Malam sebelum Yesus diserahkan, Juruselamat itu telah melihat di dalam Roh, bahwa Iblis sedang menunggu waktu yang tepat untuk masuk dan menghancurkan Simon Petrus. Yesus berkata kepada Simon: “Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut engkau seperti gandum. Tetapi Aku telah berdoa untuk engkau supaya imanmu jangan gugur.” (Luk 22:31-32). Tetapi Petrus menjawab: “Aku bersedia masuk penjara dan mati bersama-sama dengan Engkau!” (Luk 22:33).
Pernyataan Simon, mewakili keangkuhan terselubung di dalam hatinya, sama seperti yang dicatat oleh Markus, bahwa Petrus berkata: “Biarpun semua tergoncang imannya aku tidak.” (Mark 14:29). Simon sedang lupa diri bahwa ia hanyalah manusia biasa yang terbuat dari debu tanah, dan berpikir, ia lebih kuat dari rekan-rekannya yang lain. Di sini ia telah memandang dirinya melampaui apa yang ada, sehingga walaupun Kristus telah berdoa kepada Allah Bapa, agar Simon tetap kuat di dalam imannya, namun oleh keangkuhannya Simon membuka celah lebar-lebar, supaya Iblis masuk dan menggulingkan dirinya. Cerita berlanjut dengan Petrus melanggar omongannya sendiri, menyangkal Gurunya 3 kali berturut-turut, dan mengutuk dirinya sendiri.
Iblis senang dengan kesombongan kita. Persis pada saat Anda memandang diri Anda melampaui yang ada, Iblis segera hadir untuk melemahkan iman Anda, merusak hubungan Anda dengan orang lain dan mendatangkan masalah bagi Anda. Itulah sebabnya Alkitab mengatur siapa orang yang boleh melayani Tuhan: “Janganlah ia seorang yang baru bertobat, agar jangan ia menjadi sombong dan kena hukuman Iblis.” (1 Tim 3:6).
Jika Anda tidak ingin membuka celah bagi Iblis, jangan pandang diri Anda lebih dari apa yang ada. Apabila Anda kaya karena Tuhan memberkati Anda, jangan berlagak seolah-olah Anda memperolehnya dengan ketangkasan Anda sendiri. Bila Anda pandai karena Tuhan memberi Anda karunia hikmat, jangan menilai diri Anda lebih pintar dari orang lain, seolah-olah Anda adalah Bulan dan orang lain hanyalah kunang-kunang. Nilailah diri Anda pas dengan apa yang ada. Dengan demikian, Anda tidak membuka celah bagi Iblis untuk masuk dan merugikan Anda.
Kelima; Dendam atau marah yang berlarut-larut
Marah yang berlarut-larut atau yang biasa orang sebut mendendam, merupakan celah bagi Iblis untuk merusak kehidupan Anda, sehingga Paulus mengingatkan: “Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis.” (Ef 4:26-27).
Mati-matian mempertahankan sakit hati, sehingga terus meniup-niup amarah seperti nyala api yang terus berkobar, menjadi peluang Iblis untuk hadir di dalam diri Anda dan menggocoh Anda dengan berbagai masalah. Sadar akan hal ini, Paulus dengan tegas mengingatkan jemaat yang sedang cecok di Korintus: “Ampunilah...supaya Iblis jangan beroleh keuntungan atas kita, sebab kita tahu apa maksudnya.” (2 Kor 2:10-11).
Mungkin Anda berkata: “Aku tahu itu, tapi aku punya alasan yang kuat untuk tetap marah padanya.” Biarkan saya memberitahu Anda bahwa amarah yang berlarut-larut, dipicu oleh harga diri yang palsu dalam diri Anda. Prof. David Lieberman, dalam karyanya: “Agar Siapa Saja Mau Berdamai Dengan Anda” menjelaskan bahwa: “ Kita seringkali marah, sakit hati, kecewa, kepahitan, karena kita salah menilai ego atau harga diri kita. Kita mengharapkan penghargaan terhadap diri kita, diberikan oleh orang lain dan bukan dihasilkan oleh diri kita sendiri, seolah-olah harga diri itu adalah sesuatu yang dapat kita pesan dari supermarket. Padahal harga diri itu dibangun oleh diri kita sendiri, yaitu dengan memilih yang benar dan menindak yang benar”
Nah, di sini letak kita tidak rela untuk memaafkan kesalahan, melepaskan amarah dan membuang dendam, karena kita mengarahkan semua tindakan sakit hati yang dilakukan oleh seseorang kepada kita, bukan saja pada apa yang memang dilakukannya, tetapi kita menghubungkannya dengan harga diri atau ego kita.
Misalnya ada orang yang menyalib Anda di perjalanan, sementara Anda mengendarai, Anda menghubungkan peristiwa itu dengan penghinaan kepada diri Anda, seolah-olah orang itu telah mengurangi harga diri Anda, padahal ia hanya menyalib Anda di jalan. Prof David Lieberman, menyebut ini “Penghargaan diri yang palsu”. Jadi oleh karena kita membungkus harga diri kita dengan kepalsuan, maka seringkali kita merasa sangat terluka dan sulit untuk memaafkan atau membuang amarah.
Sehingga, untuk menutup celah agar Iblis tidak beroleh peluang dan merugikan Anda, maka urutannya adalah, ubah terlebih dahulu pandangan Anda mengenai harga diri Anda. Jangan meletakkan nilai diri Anda ditentukan oleh orang lain, tetapi oleh Anda sendiri. Dengan demikian, Anda tidak berlarut-larut dalam kemarahan, apabila rekan Anda membuat suatu kesalahan kecil terhadap Anda. Ketika Anda tidak berlarut-larut dalam kemarahan, Anda telah menutup celah sehingga Iblis tidak beroleh kesempatan untuk menggocoh Anda.
Keenam; Merencanakan yang jahat di dalam hati
Memikir-mikirkan sesuatu yang jahat dalam pikiran Anda, akan merambat ke dalam hati Anda dan menjadi suatu rencana jahat yang diam-diam bercokol di dalam hati Anda. Ini menjadi kesempatan besar bagi Iblis untuk masuk dan merusak kehidupan Anda.
Lihat saja Ananias dan Safira, suami Istri yang mulanya sangat baik, namun suatu hari mereka menjual sebidang tanah, lalu merencanakan yang jahat dalam hati mereka untuk menyembunyikan sebagian hasil penjualan itu dan hanya menyerahkan sebagian saja kepada para Rasul. Mereka berdua telah sepakat untuk mengatakan yang sama dan persis, bahwa “inilah hasil tanahnya” tetapi Petrus, Rasul Tuhan itu mengetahui rencana jahat mereka dan mengatakan: “Ananias, mengapa hatimu dikuasai Iblis, sehingga engkau mendustai Roh Kudus dan menahan sebagian dari hasil penjualan tanah itu? Mengapa engkau merencanakan perbuatan jahat itu dalam hatimu?” (Kis 5:3-4). Cerita berlanjut dengan suami-Istri itu putus napas ditempat dan meninggal dunia.
Rencana jahat yang Anda sembunyikan dalam hati, memang tidak selalu akan diketahui oleh orang lain, tetapi baik-baiklah memperhatikan bahwa itu tidak pernah luput dari pengamatan Setan. Persis pada saat Anda menimbang-nimbang sesuatu yang jahat dengan pikiran Anda, lalu mulai merencanakannya, Iblis melihatnya dan ia segera mendapat peluang untuk melangkah masuk ke dalam hati Anda dan mendorong Anda dengan dusta-dusta lainnya, menggelapkan mata rohani Anda, mendorong-dorong Anda, bukan supaya Anda baik, tetapi demi mencelakai Anda.
Setan menyukai rencana jahat, sehingga dalam hal apa pun dan oleh siapa pun, Iblis akan datang. Ia akan hadir di sana sebagai Motivator, Sponsor dan tuhan atas rencana tersebut. Ia akan mendesak-desak Anda untuk segera menggelar rencana tersebut, meluluskannya dan membuat itu menjadi kenyataan. Oleh sebab itu, Jangan membuat atau pun menyisakan rencana jahat di dalam hati Anda, dengan demikian, Iblis tidak mendapat celah untuk masuk dan merugikan Anda.
Ketujuh; Ambisi yang tidak sesuai kehendak Allah
Keinginan, cita-cita atau ambisi yang tidak sejalan dengan rencana dan kehendak Allah,
merupakan celah bagi Iblis untuk bisa masuk dan merusak Anda. Sama seperti yang dialami oleh Petrus. Alkitab memberitahu kita bahwa Petrus menginginkan kenyamanan diri, sementara Yesus sedang memikirkan penderitaan yang akan segera tiba bagi-Nya di Yerusalem. Juruselamat itu berkata: “Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari. Hal ini dikatakan-Nya dengan terus terang. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia. Maka berpalinglah Yesus dan sambil memandang murid-murid-Nya Ia memarahi Petrus, kata-Nya: "Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia." (Mark 8:31-33).
Sudah pasti, oknum yang mendorong Petrus untuk berani-beraninya menarik Gurunya yang terhormat ini ke samping dan menegor Dia, seoalah-olah Guru Agung ini, bisa salah membuat keputusan, sehingga perlu diperingatkan, adalah Iblis. Sehingga sangat tepat, apabila Yesus berkata kepada Petrus: “Enyalah Iblis” seakan-akan Petrus adalah Iblis. Petrus memikirkan apa yang dipikirkan manusia, yaitu kenyamanan bagi dirinya sendiri, dan bukan apa yang direncanakan dan dikehendaki Allah dan Setan segera bekerja melaluinya untuk menarik Yesus dan menegor Dia.
Jelas sekali bahwa ambisi yang tidak sesuai dengan kehendak dan rencana Allah, menjadi peluang untuk Iblis mengerjakan rencana-rencananya melalui kita dan menghancurkan orang lain, bahkan merusak diri kita sendiri. Lihat saja jika orang memiliki Ambisi, ia dapat menghalalkan segala cara, buta terhadap keadilan, tidak punya belas-kasihan, menindas orang lemah, mengorbankan orang lain dan kejahatan lainnya. Itu semua adalah buah dari karya Iblis dalam diri kita, yang masuk melalui peluang ambisi yang tidak seturut dengan rencana dan kehendak Allah.
Oleh sebab itu, untuk menutup celah agar Iblis tidak beroleh peluang dan merusak kehidupan kita satu-sama lain, buang ambisi yang hanya mementingkan kenyamanan diri sendiri dan mulailah belajar dengan cita-cita, harapan, keinginan yang berguna bagi orang lain dan sesuai dengan kehendak Allah. Dengan demikian, Anda tidak memberi peluang kepada iblis untuk merusak kehidupan Anda maupun orang lain.
Kedelapan; Hati Yang Kosong atau Tidak Terisi
Matius 12:43-45, menceritakan bahwa: “Apabila roh jahat keluar dari manusia, iapun mengembara ke tempat-tempat yang tandus mencari perhentian. Tetapi ia tidak mendapatnya. Lalu ia berkata: Aku akan kembali ke rumah yang telah kutinggalkan itu. Maka pergilah ia dan mendapati rumah itu kosong, bersih tersapu dan rapih teratur. Lalu ia keluar dan mengajak tujuh roh lain yang lebih jahat dari padanya dan mereka masuk dan berdiam di situ. Maka akhirnya keadaan orang itu lebih buruk dari pada keadaannya semula."
Ayat ini memberitahu kita bahwa, siapa saja, bahkan orang sudah percaya sekalipun, jika ia membiarkan hatinya kosong dan tidak terisi, maka Iblis akan menjadikannya sebagai tempat tinggal, bukan saja bagi satu roh jahat, tetapi sekumpulan roh jahat. Iblis akan menjadikan hati yang kosong dan tidak terisi sebagai kampung mereka, rumah mereka dan tempat mereka berada baik siang maupun malam.
Nah, yang menjadi pertanyaan adalah: Apa sebetulnya yang harus disimpan atau diisi dalam hati kita, sehingga hati kita tidak kosong? Alkitab memerintahkan kita untuk mengisi hati kita dengan Lima hal penting:
a. Hati harus diisi dengan kewaspadaan
Ams 4:23 berkata: “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.”
Hati kita harus senatiasa dijaga
dengan sikap berhati-hati, karena dari hati kita inilah terpancar kehidupan.
Tidak pernah ada satu detik saja pun, Allah memperbolehkan kita untuk tidak
berhati-hati.
b. Hati harus diisi dengan sukacita
Amsal berkata: “Hati yang gembira adalah obat, tetapi semangat yang patah, mengeringkan tulang” (Ams 17:22). Isilah hati Anda dengan sukacita, dan bukan sungut-sungut.
c.
Hati harus diisi dengan Janji-janji Allah
Daud berkata: “Dalam hatiku aku menyimpan janji-janji-Mu, supaya aku tidak berdosa terhadap Engkau” (Maz 119:11).
Menyimpan janji-janji Tuhan yang
tertulis maupun tidak tertulis, di dalam hati dan bukan hanya di pikiran,
mencegah kita dari dusta Iblis yang menyebabkan kita berdosa.
d. Hati harus diisi dengan perkataan Nasihat orang tua atau pemimpin Rohani.
Amsal berkata: “Hai anakku perhatikanlah perkataanku, arahkanlah telingamu kepada ucapanku, janganlah semuanya itu menjauh dari matamu, simpanlah itu di lubuk hatimu, karena itulah yang menjadi kehidupan bagi mereka yang mendapatkannya dan kesembuhan bagi seluruh tubuh mereka” (Ams 4:20-22).
Nasihat-nasihat yang baik, tidak saja mendatangkan kebaikan bagi Anda, tetapi juga menahan Anda untuk tidak terjerumus ke dalam berbagai hal buruk lainnya.
e. Hati harus diisi dengan Kristus
Yesus berkata: “Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam Dia, ia berbuah banyak” (Yohanes 15:5). Apabila Kristus di dalam hati Anda, Anda dapat menanggung segala perkara dan tidak salah menggunakan diri Anda bukan saja dalam hal-hal yang buruk, tetapi juga dalam hal yang sia-sia.
Jadi isilah hati Anda dengan kelima hal ini, supaya Iblis tidak beroleh peluang untuk masuk ke dalam diri Anda dan memperburuk Anda.
Kesimpulan
Iblis dan roh jahatnya, tidak dapat masuk ke dalam Anda untuk menghancurkan Anda, kecuali Anda membuka celah. Ada 8 celah bagi Iblis, yaitu: (1). Tidak berdoa; (2). Anda dan pasangan Anda saling berjauhan; (3). Iri hati (4). Sombong; (5). Dendam atau marah yang berlarut-larut; (6). Merencanakan yang jahat (7). Berambisi yang tidak sesuai kehendak Allah; (8). Hati Anda kosong atau tidak tersisi. Jika Anda berusaha menutup celah itu satu persatu, saya percaya, Iblis hanya akan menunggu-nunggu waktu yang tepat, tetapi ia tidak bisa masuk ke dalam Anda untuk mencuri, membunuh dan membinasakan Anda. *
Kiranya bermanfaat untuk Anda dan juga saya. Tuhan Yesus memberkati.
Oleh:
Ps. Ayub Melkior
memang point2 diatas mirip banget dengan saya
BalasHapusterima kasih infonya :) JESUS bless you
Keren🙏👍
BalasHapusSangat memberkati
BalasHapusSangat memberkati🙏
BalasHapusTerima kasih ya. Tuhan memberkati
BalasHapusSangat memberkati 🙏
BalasHapus