Alkitab bersaksi: “Sesudah Iblis mengakhiri semua pencobaan
itu, ia mundur dari pada-Nya dan menunggu waktu yang baik.” (Luk 4:13).
Cuplikan Ayat ini memberitahu kita
bahwa Iblis mempunyai momentum tersendiri, yang khusus dan baik baginya, untuk
mendatangi kita dan mencuri, membunuh, serta membinasakan kita. Ia tahu kapan
dan bagaimana kesempatan yang tepat untuk bisa merusak kehidupan kita. Oleh
sebab itu, merupakan suatu hal yang menguntungkan, bila kita mengenali
saat-saat yang menjadi peluang, kesempatan, atau celah bagi Iblis untuk
menyerang kita, sama seperti tuan rumah tahu saat mana perampok itu akan
datang.
Alkitab mencatat 8 celah, yang
merupakan pintu bagi Iblis untuk masuk ke dalam diri kita dan merusak kehidupan
kita.
Pertama;
Tidak berdoa
Alkitab berkata: “Berjaga-jagalah
dan berdoalah, supaya kamu tidak jatuh ke dalam pencobaan, sebab roh memang
penurut, tetapi daging lemah.” (Mat 26:41).
Berkeliaran ke mana-mana, terlalu
sibuk, atau menuruti keinginan daging untuk bersantai-santai, sehingga lalai
bersekutu dengan Tuhan melalui saat teduh dan doa, menjadi suatu peluang
tersendiri bagi kuasa kegelapan untuk menyerang Anda dengan berbagai-bagai
macam pencobaan. Persis pada saat hubungan kita dengan Tuhan merenggang, kita
melemah, sehingga Iblis beroleh peluang untuk segera meluncurkan panah apinya,
tipu dayanya, rayuan mautnya dan berharap kita termakan umpannya dan jatuh ke
dalam perangkapnya.
Para murid mengalaminya ketika
Yesus memerintahkan mereka untuk berdoa, minimal satu jam. Namun di
tengah-tengah taman Getsemani itu, masing-masing mereka malah mencari tempat
dan tidur. Sehingga ketika tiba waktunya sekelompok orang mendekati Yesus untuk
menangkap-Nya, murid-murid tidak tahan lagi. Mereka tidak bisa bersikap
layaknya seorang murid Kristus. Mereka sangat emosi, menumpahkan darah orang,
mengandalkan pedang, dan ingin melawan seperti orang duniawi.
Di sini Anda dapat melihat bahwa,
keteledoran dalam hubungan dengan Allah, membuka peluang lebar-lebar bagi Iblis
untuk masuk dan mendesak-desak kedagingan kita yang lemah ini, untuk berbuat
macam-macam dosa, sampai ke tingkatan yang parah. Setan adalah profesor
perusak. Sekali ia mendapat peluang untuk bisa masuk ke dalam diri Anda, ia
akan menghantam seluruh lini kehidupan Anda dan berjuang dengan penuh keringat
untuk menciptakan kekacauan sebisa yang ia dapat.
Itulah sebabnya, Guru Besar kita
yang sudah berpengalaman itu, mengingatkan setiap kita sebagai pengikut-Nya:
“Berjaga-jaga dan berdoalah supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan.” Hanya
apabila kita senatiasa merawat dan memelihara hubungan kita dengan Tuhan, celah
bagi Iblis itu tertutup dan “si kunyu” tidak mendapat peluang untuk masuk dan
membuat huru-hara dalam kehidupan kita. Oleh sebab itu, se-sibuk apa pun Anda,
jangan lupa untuk berdoa dan merenungkan Firman Tuhan.
Kedua;
Suami-Istri Yang Saling Menjauhi
Alkitab berkata tentang
Suami-Istri: “Janganlah kamu saling menjauhi, kecuali dengan persetujuan
bersama untuk sementara waktu, supaya kamu mendapat kesempatan untuk berdoa.
Sesudah itu hendaklah kamu kembali hidup bersama-sama, supaya Iblis jangan
menggodai kamu, karena kamu tidak tahan bertarak.” (1 Kor 7:4-5).
“Janganlah saling menjauhi”, sudah
pasti tidak hanya saling berjauhan secara fisik, tetapi juga secara emosional.
Suami-Istri harus “hidup bersama” dalam arti, saling berdekatan secara fisik
dan juga hidup bersama-sama secara emosional. Mereka harus akur, seia-sekata,
dan harmonis.
Apabila mereka saling “menjauhi”
maka Iblis beroleh peluang untuk menyerang dengan berbagai godaan, melalui hawa
nafsu yang tak tertahankan. Mungkin Anda berkata: “Aku tidak selingkuh kok,
kalau berjauhan dengan pasanganku” Saya katakan: “Puji Tuhan!” tetapi
baik-baiklah memperhatikan bahwa, jika Iblis diberi peluang dan masuk ke dalam
diri Anda, dia pasti akan mengerjakan sesuatu bagi rencananya sendiri.
Mungkin ia tidak membuat Anda
berselingkuh, tetapi ia bisa membuat hati Anda lama-kelamaan menjadi dingin
terhadap pasangan Anda. Atau sebaliknya, ia menjadikan Anda merasa selalu saja
merindukan pasangan Anda, sehingga Anda tidak berkonsentrasi atau segenap hati,
dalam mengerjakan hal-hal. Ia bisa menyuntikan prasangka yang bukan-bukan, sehingga
Suami atau istri berprasangka buruk terhadap pasangannya, bahwa mungkin pasanganku
tidak peduli lagi, mungkin ia sedang mempunyai PIL/WIL, ditambah lagi berbagai
prasangka buruk lainnya, yang sebenarnya sama sekali tidak terjadi demikian.
Ada sejuta hal lainnya yang bisa Iblis kerjakan melalui peluang yang diberikan
kepadanya, untuk merusak kehidupan Anda dan juga pasangan Anda.
Sasarannya adalah
menjadikan suami-Istri, masing-masing menodai diri mereka sendiri dengan
prasangka mereka sendiri dan hawa nafsu mereka sendiri, yang sudah dikaruniakan
Tuhan untuk maksud yang baik, namun menjadikan mereka keluarga yang cemar,
najis, dan tidak berkenan kepada Allah.
Oleh sebab itu, walaupun Anda
adalah orang yang diberi kasih karunia Tuhan untuk 100% mampu mengendalikan
hawa nafsu Anda, tetap saja Tuhan tidak mengijinkan Anda memberi kesempatan
kepada Iblis untuk menggocoh Anda. Tugas Anda tetap berlaku, yaitu berusahalah
untuk tidak memberi peluang atau celah kepada Iblis untuk merusak kehidupan
Anda dan pasangan Anda.
Ketiga;
Iri hati
Senang melihat orang lain lebih
rendah dari Anda dan susah melihat orang lain sedikit lebih baik dari Anda,
berarti Anda adalah orang yang iri hati dan itu merupakan pintu masuk bagi
Iblis untuk menggocoh Anda.
Alkitab menceritakan bahwa pada
waktu Saul dan Daud kembali dari perang melawan orang Filistin, sejumlah wanita
menyambut mereka dengan nyanyian dan tari-tarian. Mereka bernyanyi
berbalas-balasan bahwa: “Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud
berlaksa-laksa”. Mendengar itu, bangkitlah amarah Saul dengan sangat dan mulai
hari itu, ia iri dan dengki terhadap Daud. (Lht. 1 Sam 18:6-9). Kemudian, 1
Samuel pasal 18:10, melaporkan bahwa “Keeseokan harinya, berkuasalah roh jahat
atas Saul dan Saul selalu berusaha untuk membunuh Daud.”
Persis pada saat hati Anda panas
karena orang lain lebih berhasil dari Anda, Anda sedang membuka celah bagi
masuknya roh jahat untuk merusak kehidupan Anda lebih jauh lagi. Sama seperti
pengalaman Kain terhadap adiknya Habel, iri hati akan mengundang Iblis masuk
dan menjadikan Anda sakit hati yang berkepanjangan dengan orang, membenci,
sinis, tidak ramah, mencari kaki orang lain untuk menjatuhkan, dan siasat jahat
lainnya bahkan sampai kepada pembunuhan.
Sudah sering terbukti bahwa di
mana-mana iri hati tidak pernah mendatangkan kebaikan apa pun bagi Anda, itu
hanya mengundang setan-setan untuk masuk dan tinggal di dalam hati Anda dan merusak
Anda maupun orang lain. Oleh sebab itu, tidak perlu iri terhadap orang lain.
Dengan demikian Anda tidak membuka celah bagi kuasa kegelapan untuk mengacaukan
hidup Anda.
Keempat;
Menyombongkan diri
Celah lain yang menjadi kesempatan
bagi Iblis untuk merusak kehidupan kita ialah kesombongan. Paulus
mendefinisikan bahwa sombong adalah memandang atau menilai diri lebih tinggi
dari yang sebenarnya. Ia katakan: “Saudara-saudara, kata-kata ini
aku kenakan pada diriku sendiri dan pada Apolos, karena kamu, supaya dari
teladan kami kamu belajar apakah artinya ungkapan: "Jangan melampaui yang
ada tertulis ", supaya jangan ada di antara kamu yang menyombongkan diri
dengan jalan mengutamakan yang satu dari pada yang lain. Sebab siapakah yang
menganggap engkau begitu penting? Dan apakah yang engkau punyai, yang tidak
engkau terima? Dan jika engkau memang menerimanya, mengapakah engkau memegahkan
diri , seolah-olah engkau tidak menerimanya? (1 Kor 4:6-7).
Kesombongan bukan penilaian orang
lain terhadap Anda, tetapi pandangan Anda sendiri tentang diri Anda. Tidak
perlu orang lain memberitahu Anda bahwa Anda sombong, tetapi sudah seharunya
Anda ketahui sendiri bahwa saat Anda memandang diri Anda melebihi yang
sebenarnya, Anda sedang menyombongkan diri.
Kesombongan adalah celah untuk
masuknya Iblis dan menggulingkan Anda. Lihat saja, Malam sebelum Yesus
diserahkan, Juruselamat itu telah melihat di dalam Roh, bahwa Iblis sedang
menunggu waktu yang tepat untuk masuk dan menghancurkan Simon Petrus. Yesus
berkata kepada Simon: “Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut engkau seperti
gandum. Tetapi Aku telah berdoa untuk engkau supaya imanmu jangan gugur.” (Luk
22:31-32). Tetapi Petrus menjawab: “Aku bersedia masuk penjara dan mati
bersama-sama dengan Engkau!” (Luk 22:33).
Pernyataan Simon, mewakili
keangkuhan terselubung di dalam hatinya, sama seperti yang dicatat oleh Markus,
bahwa Petrus berkata: “Biarpun semua tergoncang imannya aku tidak.” (Mark
14:29). Simon sedang lupa diri bahwa ia hanyalah manusia biasa yang terbuat
dari debu tanah, dan berpikir, ia lebih kuat dari rekan-rekannya yang lain. Di
sini ia telah memandang dirinya melampaui apa yang ada, sehingga walaupun
Kristus telah berdoa kepada Allah Bapa, agar Simon tetap kuat di dalam imannya,
namun oleh keangkuhannya Simon membuka celah lebar-lebar, supaya Iblis masuk
dan menggulingkan dirinya. Cerita berlanjut dengan Petrus melanggar omongannya
sendiri, menyangkal Gurunya 3 kali berturut-turut, dan mengutuk dirinya
sendiri.
Iblis senang dengan kesombongan
kita. Persis pada saat Anda memandang diri Anda melampaui yang ada, Iblis
segera hadir untuk melemahkan iman Anda, merusak hubungan Anda dengan orang
lain dan mendatangkan masalah bagi Anda. Itulah sebabnya Alkitab mengatur siapa
orang yang boleh melayani Tuhan: “Janganlah ia seorang yang baru bertobat, agar
jangan ia menjadi sombong dan kena hukuman Iblis.” (1 Tim 3:6).
Jika Anda tidak ingin membuka
celah bagi Iblis, jangan pandang diri Anda lebih dari apa yang ada. Apabila
Anda kaya karena Tuhan memberkati Anda, jangan berlagak seolah-olah Anda
memperolehnya dengan ketangkasan Anda sendiri. Bila Anda pandai karena Tuhan
memberi Anda karunia hikmat, jangan menilai diri Anda lebih pintar dari orang
lain, seolah-olah Anda adalah Bulan dan orang lain hanyalah kunang-kunang.
Nilailah diri Anda pas dengan apa yang ada. Dengan demikian, Anda tidak membuka
celah bagi Iblis untuk masuk dan merugikan Anda.
Kelima;
Dendam atau marah yang berlarut-larut
Marah yang berlarut-larut atau
yang biasa orang sebut mendendam, merupakan celah bagi Iblis untuk merusak
kehidupan Anda, sehingga Paulus mengingatkan: “Apabila kamu menjadi marah,
janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam
amarahmu dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis.” (Ef 4:26-27).
Mati-matian mempertahankan sakit
hati, sehingga terus meniup-niup amarah seperti nyala api yang terus berkobar,
menjadi peluang Iblis untuk hadir di dalam diri Anda dan menggocoh Anda dengan
berbagai masalah. Sadar akan hal ini, Paulus dengan tegas mengingatkan jemaat
yang sedang cecok di Korintus: “Ampunilah...supaya Iblis jangan beroleh
keuntungan atas kita, sebab kita tahu apa maksudnya.” (2 Kor 2:10-11).
Mungkin Anda berkata: “Aku tahu
itu, tapi aku punya alasan yang kuat untuk tetap marah padanya.” Biarkan saya
memberitahu Anda bahwa amarah yang berlarut-larut, dipicu oleh harga diri yang
palsu dalam diri Anda. Prof. David Lieberman, dalam karyanya: “Agar Siapa Saja
Mau Berdamai Dengan Anda” menjelaskan bahwa: “ Kita seringkali marah, sakit
hati, kecewa, kepahitan, karena kita salah menilai ego atau harga diri kita.
Kita mengharapkan penghargaan terhadap diri kita, diberikan oleh orang lain dan
bukan dihasilkan oleh diri kita sendiri, seolah-olah harga diri itu adalah
sesuatu yang dapat kita pesan dari supermarket. Padahal harga diri itu dibangun
oleh diri kita sendiri, yaitu dengan memilih yang benar dan menindak yang
benar”
Nah, di sini letak kita tidak rela
untuk memaafkan kesalahan, melepaskan amarah dan membuang dendam, karena kita
mengarahkan semua tindakan sakit hati yang dilakukan oleh seseorang kepada
kita, bukan saja pada apa yang memang dilakukannya, tetapi kita
menghubungkannya dengan harga diri atau ego kita.
Misalnya ada orang yang menyalib
Anda di perjalanan, sementara Anda mengendarai, Anda menghubungkan peristiwa
itu dengan penghinaan kepada diri Anda, seolah-olah orang itu telah mengurangi
harga diri Anda, padahal ia hanya menyalib Anda di jalan. Prof David Lieberman,
menyebut ini “Penghargaan diri yang palsu”. Jadi oleh karena kita membungkus
harga diri kita dengan kepalsuan, maka seringkali kita merasa sangat terluka
dan sulit untuk memaafkan atau membuang amarah.
Sehingga, untuk menutup celah agar
Iblis tidak beroleh peluang dan merugikan Anda, maka urutannya adalah, ubah
terlebih dahulu pandangan Anda mengenai harga diri Anda. Jangan meletakkan
nilai diri Anda ditentukan oleh orang lain, tetapi oleh Anda sendiri. Dengan
demikian, Anda tidak berlarut-larut dalam kemarahan, apabila rekan Anda membuat
suatu kesalahan kecil terhadap Anda. Ketika Anda tidak berlarut-larut dalam
kemarahan, Anda telah menutup celah sehingga Iblis tidak beroleh kesempatan
untuk menggocoh Anda.
Keenam;
Merencanakan yang jahat di dalam hati
Memikir-mikirkan sesuatu yang
jahat dalam pikiran Anda, akan merambat ke dalam hati Anda dan menjadi suatu
rencana jahat yang diam-diam bercokol di dalam hati Anda. Ini menjadi
kesempatan besar bagi Iblis untuk masuk dan merusak kehidupan Anda.
Lihat saja Ananias dan Safira,
suami Istri yang mulanya sangat baik, namun suatu hari mereka menjual sebidang
tanah, lalu merencanakan yang jahat dalam hati mereka untuk menyembunyikan
sebagian hasil penjualan itu dan hanya menyerahkan sebagian saja kepada para
Rasul. Mereka berdua telah sepakat untuk mengatakan yang sama dan persis, bahwa
“inilah hasil tanahnya” tetapi Petrus, Rasul Tuhan itu mengetahui rencana jahat
mereka dan mengatakan: “Ananias, mengapa hatimu dikuasai Iblis, sehingga engkau
mendustai Roh Kudus dan menahan sebagian dari hasil penjualan tanah itu?
Mengapa engkau merencanakan perbuatan jahat itu dalam hatimu?” (Kis 5:3-4).
Cerita berlanjut dengan suami-Istri itu putus napas ditempat dan meninggal
dunia.
Rencana jahat yang Anda
sembunyikan dalam hati, memang tidak selalu akan diketahui oleh orang lain,
tetapi baik-baiklah memperhatikan bahwa itu tidak pernah luput dari pengamatan
Setan. Persis pada saat Anda menimbang-nimbang sesuatu yang jahat dengan
pikiran Anda, lalu mulai merencanakannya, Iblis melihatnya dan ia segera
mendapat peluang untuk melangkah masuk ke dalam hati Anda dan mendorong Anda
dengan dusta-dusta lainnya, menggelapkan mata rohani Anda, mendorong-dorong
Anda, bukan supaya Anda baik, tetapi demi mencelakai Anda.
Setan menyukai rencana jahat,
sehingga dalam hal apa pun dan oleh siapa pun, Iblis akan datang. Ia akan hadir
di sana sebagai Motivator, Sponsor dan tuhan atas rencana tersebut. Ia akan
mendesak-desak Anda untuk segera menggelar rencana tersebut, meluluskannya dan
membuat itu menjadi kenyataan. Oleh sebab itu, Jangan membuat atau pun
menyisakan rencana jahat di dalam hati Anda, dengan demikian, Iblis tidak
mendapat celah untuk masuk dan merugikan Anda.
Ketujuh;
Ambisi yang tidak sesuai kehendak Allah
Keinginan, cita-cita atau ambisi
yang tidak sejalan dengan rencana dan kehendak Allah,
merupakan celah bagi
Iblis untuk bisa masuk dan merusak Anda. Sama seperti yang dialami oleh Petrus.
Alkitab memberitahu kita bahwa Petrus menginginkan kenyamanan diri, sementara
Yesus sedang memikirkan penderitaan yang akan segera tiba bagi-Nya di
Yerusalem. Juruselamat itu berkata: “Anak Manusia harus menanggung banyak
penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat,
lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari. Hal ini dikatakan-Nya dengan terus
terang. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia. Maka
berpalinglah Yesus dan sambil memandang murid-murid-Nya Ia memarahi Petrus,
kata-Nya: "Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang
dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia." (Mark 8:31-33).
Sudah pasti, oknum yang mendorong
Petrus untuk berani-beraninya menarik Gurunya yang terhormat ini ke samping dan
menegor Dia, seoalah-olah Guru Agung ini, bisa salah membuat keputusan,
sehingga perlu diperingatkan, adalah Iblis. Sehingga sangat tepat, apabila
Yesus berkata kepada Petrus: “Enyalah Iblis” seakan-akan Petrus adalah Iblis.
Petrus memikirkan apa yang dipikirkan manusia, yaitu kenyamanan bagi dirinya
sendiri, dan bukan apa yang direncanakan dan dikehendaki Allah dan Setan segera
bekerja melaluinya untuk menarik Yesus dan menegor Dia.
Jelas sekali bahwa ambisi yang
tidak sesuai dengan kehendak dan rencana Allah, menjadi peluang untuk Iblis
mengerjakan rencana-rencananya melalui kita dan menghancurkan orang lain,
bahkan merusak diri kita sendiri. Lihat saja jika orang memiliki Ambisi, ia
dapat menghalalkan segala cara, buta terhadap keadilan, tidak punya
belas-kasihan, menindas orang lemah, mengorbankan orang lain dan kejahatan
lainnya. Itu semua adalah buah dari karya Iblis dalam diri kita, yang masuk
melalui peluang ambisi yang tidak seturut dengan rencana dan kehendak Allah.
Oleh sebab itu, untuk menutup
celah agar Iblis tidak beroleh peluang dan merusak kehidupan kita satu-sama
lain, buang ambisi yang hanya mementingkan kenyamanan diri sendiri dan mulailah
belajar dengan cita-cita, harapan, keinginan yang berguna bagi orang lain dan
sesuai dengan kehendak Allah. Dengan demikian, Anda tidak memberi peluang
kepada iblis untuk merusak kehidupan Anda maupun orang lain.
Kedelapan;
Hati Yang Kosong atau Tidak Terisi
Matius 12:43-45, menceritakan
bahwa: “Apabila roh jahat keluar dari manusia, iapun mengembara ke
tempat-tempat yang tandus mencari perhentian. Tetapi ia tidak mendapatnya. Lalu
ia berkata: Aku akan kembali ke rumah yang telah kutinggalkan itu. Maka
pergilah ia dan mendapati rumah itu kosong, bersih tersapu dan rapih teratur.
Lalu ia keluar dan mengajak tujuh roh lain yang lebih jahat dari padanya dan
mereka masuk dan berdiam di situ. Maka akhirnya keadaan orang itu lebih buruk
dari pada keadaannya semula."
Ayat ini memberitahu kita bahwa,
siapa saja, bahkan orang sudah percaya sekalipun, jika ia membiarkan hatinya
kosong dan tidak terisi, maka Iblis akan menjadikannya sebagai tempat tinggal,
bukan saja bagi satu roh jahat, tetapi sekumpulan roh jahat. Iblis akan menjadikan
hati yang kosong dan tidak terisi sebagai kampung mereka, rumah mereka dan
tempat mereka berada baik siang maupun malam.
Nah, yang menjadi pertanyaan
adalah: Apa sebetulnya yang harus disimpan atau diisi dalam hati kita, sehingga
hati kita tidak kosong? Alkitab memerintahkan kita untuk mengisi hati kita
dengan Lima hal penting:
a.
Hati harus diisi dengan kewaspadaan
Ams 4:23 berkata: “Jagalah hatimu
dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.”
Hati kita harus senatiasa dijaga
dengan sikap berhati-hati, karena dari hati kita inilah terpancar kehidupan.
Tidak pernah ada satu detik saja pun, Allah memperbolehkan kita untuk tidak
berhati-hati.
b. Hati harus diisi dengan sukacita
Amsal berkata: “Hati yang gembira
adalah obat, tetapi semangat yang patah, mengeringkan tulang” (Ams 17:22).
Isilah hati Anda dengan sukacita, dan bukan sungut-sungut.
c.
Hati harus diisi dengan Janji-janji Allah
Daud berkata: “Dalam hatiku aku
menyimpan janji-janji-Mu, supaya aku tidak berdosa terhadap Engkau” (Maz
119:11).
Menyimpan janji-janji Tuhan yang
tertulis maupun tidak tertulis, di dalam hati dan bukan hanya di pikiran,
mencegah kita dari dusta Iblis yang menyebabkan kita berdosa.
d.
Hati harus diisi dengan perkataan Nasihat orang tua atau pemimpin Rohani.
Amsal berkata: “Hai anakku
perhatikanlah perkataanku, arahkanlah telingamu kepada ucapanku, janganlah
semuanya itu menjauh dari matamu, simpanlah itu di lubuk hatimu, karena itulah
yang menjadi kehidupan bagi mereka yang mendapatkannya dan kesembuhan bagi
seluruh tubuh mereka” (Ams 4:20-22).
Nasihat-nasihat yang baik, tidak
saja mendatangkan kebaikan bagi Anda, tetapi juga menahan Anda untuk tidak
terjerumus ke dalam berbagai hal buruk lainnya.
e.
Hati harus diisi dengan Kristus
Yesus berkata: “Barangsiapa
tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam Dia, ia berbuah banyak” (Yohanes 15:5).
Apabila Kristus di dalam hati Anda, Anda dapat menanggung segala perkara dan
tidak salah menggunakan diri Anda bukan saja dalam hal-hal yang buruk, tetapi
juga dalam hal yang sia-sia.
Jadi isilah hati Anda dengan
kelima hal ini, supaya Iblis tidak beroleh peluang untuk masuk ke dalam diri
Anda dan memperburuk Anda.
Kesimpulan
Iblis dan roh jahatnya, tidak
dapat masuk ke dalam Anda untuk menghancurkan Anda, kecuali Anda membuka celah.
Ada 8 celah bagi Iblis, yaitu: (1). Tidak berdoa; (2). Anda dan pasangan Anda
saling berjauhan; (3). Iri hati (4). Sombong; (5). Dendam atau marah yang
berlarut-larut; (6). Merencanakan yang jahat (7). Berambisi yang tidak sesuai
kehendak Allah; (8). Hati Anda kosong atau tidak tersisi. Jika Anda berusaha
menutup celah itu satu persatu, saya percaya, Iblis hanya akan menunggu-nunggu
waktu yang tepat, tetapi ia tidak bisa masuk ke dalam Anda untuk mencuri,
membunuh dan membinasakan Anda. *
Kiranya bermanfaat untuk Anda dan juga saya. Tuhan Yesus memberkati.
Oleh:
Ps. Ayub Melkior