Kata
“Injil” dalam Perjanjian Baru, diterjemahkan dari kata Yunani “Euanggelizo”.
Istilah “Euanggelizo” dalam konteks Yunani bersumber dari istilah kemiliteran.
Dua arti yang semula dari kata “Euanggelizo” adalah: (1). Upah yang diberikan
kepada pembawa berita kemenangan dari medan perang. (2). Berita kemenangan,
yang juga disebut kabar baik. Berdasarkan gagasan ini, istilah “Euanggelizo”
atau kabar baik, kemudian dipakai oleh orang Kristen untuk menjelaskan berita
tentang Yesus Kristus, yang disebut “Injil” atau “kabar baik” tentang Yesus
Kristus.
Dalam Kekristenan, istilah “Euanggelizo” digunakan untuk pengertian “berita”
yang dikaitkan langsung dengan pengorbanan atau karya Yesus Kristus yang
menyelamatkan.
Misalnya Rasul Paulus menulis tentang Injil:
“Dan
sekarang, saudara-saudara, aku mau mengingatkan kamu kepada Injil yang
aku beritakan kepadamu dan yang kamu terima, dan yang di dalamnya
kamu teguh berdiri. Oleh Injil itu kamu diselamatkan, asal kamu teguh berpegang
padanya, seperti yang telah kuberitakan kepadamu -kecuali
kalau kamu telah sia-sia saja menjadi percaya. Sebab yang sangat penting telah
kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri,
ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan
Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah
dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab
Suci; bahwa Ia telah menampakkan diri kepada Kefas dan
kemudian kepada kedua belas murid-Nya. Sesudah itu Ia menampakkan
diri kepada lebih dari lima ratus saudara sekaligus; kebanyakan dari mereka
masih hidup sampai sekarang, tetapi beberapa di antaranya telah meninggal.
Selanjutnya Ia menampakkan diri kepada Yakobus, kemudian
kepada semua rasul. Dan yang paling akhir dari semuanya Ia
menampakkan diri juga kepadaku, sama seperti kepada anak yang lahir
sebelum waktunya.” (1 Kor 15:1-8).
Jadi “Injil” adalah: Kabar baik tentang
karya Yesus Kristus untuk menyelamatkan umat manusia yang berdosa. Injil
meliputi kelahiran Yesus untuk menebus manusia dari kutuk dosa; Kematian Yesus
karena dosa-dosa manusia; Kebangkitan Yesus untuk membuktikan bahwa Ia hidup
dan Ia adalah pemegang segala kuasa; Kenaikan Yesus ke Sorga untuk menyediakan
tempat bagi manusia yang diselamatkan-Ny, serta kedatangan-Nya kembali untuk
menjemput umat tebusan-Nya supaya
tinggal bersama-sama dengan Dia di dalam kekekalan.
Dalam
Alkitab, Injil disebut sebagai: Ajaran yang sesuai dengan ibadah (1 Tim
6:3); Berita pendamaian ( 2 Kor 5:19);
Ajaran yang sehat (2 Tim 1:13);
Perkataan Kristus (Kol 3:16); Firman Allah ( 1 Tes 2:13); Firman iman
(Rom 10:8); Firman kasih karunia (Kis 14:3; 20:32); Firman kebenaran (Ef 1:13;
Yak 1:18); juga Firman kehidupan (Fil
2:16). Injil bersifat Mulia (2 Kor 4:4); dan juga Kekal (1 Pet 1:25; Wahy
14:6). Injil
merupakan kabar kesukaan besar untuk seluruh bangsa (Luk 2:10; 11; 31; 32);
Kabar Keselamatan (Kis 13:26); Pengetahuan tentang kemuliaan Allah (2 Kor 4:4;
6); dan Kekuatan Allah yang menyelamatkan (Rom 1:16; 1 Kor 1:18; 1 Tes 1:5).
Injil berfungsi untuk membawa sejahtera (Luk 2:10; 14; Ef 6:15); memberi
pengharapan (Kol 1:23); Membuat orang percaya bersatu (Fil 1:5); dan
menyelamatkan orang berdosa (Rom 1:16; 1 Kor 1:18).
Prinsip fundamental dalam Amanat Agung
Yesus Kristus adalah: Injil
harus diberitakan. Yesus berkata: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah
Injil....” (Mark 16:15). Istilah Yunani yang digunakan untuk kata “Beritakanlah
Injil” dalam ayat tersebut, adalah “Kerusate”, dalam bentuk aorist imperative,
yang berarti: Memberitakan Injil adalah pekerjaan yang terus menerus dilakukan
dan tidak boleh berhenti.
Secara teknis, pengertian memberitakan Injil atau penginjilan, dapat dilihat dalam
penggunaan kata-kata Yunani dalam Perjanjian Baru. Antara lain adalah:
Pertama; “Euanggelizo”.
Pada
dasarnya kata ini digunakan dalam Perjanjian Baru, untuk menjelaskan “berita
Kristen” atau “Berita tentang Kristus”. Kemudian dari kata “Euanggelizi” muncul
istilah-istilah dalam bahasa Inggris, seperti “Evanggel”; “Evanggeli”;
“Evanggelist”; “Evanggelization”; “Evanggelical” dan “Evanggelistic”, yang
mengandung arti kegiatan menyampaikan berita kesukaan.
Jadi
“Euanggelizo” tidak saja berarti “Injil” tetapi juga berarti mengabarkan Injil
atau memberitakan kabar baik.
Fokus
utama yang ditekankan dalam istilah “Euanggelizo” adalah, tugas atau pekerjaan
mengabarkan Injil, dan sama sekali tanpa penekanan untuk percaya
dalam bentuk apapun.
Artinya, “Euanggelizo” menunjuk kepada pemberitaan Injil atau kabar baik
tentang Yesus Kristus, tanpa memaksakan kehendak terhadap orang untuk
mempercayai berita tersebut.
Misalnya
ketika Yesus mengutus murid-murid-Nya untuk pergi dan memberitakan Injil, Ia
berpesan: “Apabil seorang tidak menerima kamu dan tidak mendengarkan
perkataanmu, keluarlah dan tinggalkanlah rumah atau kota itu..”(Mat 10:14).
Jadi
tidak ada unsur pemaksaan atau rayuan dan iming-iming dengan cara apa pun untuk
seseorang menerima Injil yang diberitakan. Jika ia tidak mau mendengar dan
menerima, ya sudah, tinggalkanlah!
Kedua; “Keruso”, yang berarti berkhotbah atau
memproklamasikan.
Kata
“Keruso”, adalah kata yang sering dipakai dalam Perjanjian Baru untuk
menjelaskan pekerjaan atau kegiatan berkhotbah, yang dihubungkan dengan
pelayanan Yohanes pembaptis, Tuhan Yesus dan penginjil-penginjil lainnya dalam
gereja mula-mula. Arti dasar “Keruso” ialah, melakukan tugas seorang “kerux”
yaitu, seorang utusan resmi dari raja, yang dipercayakan tugas secara formal
dan berkunjung dari suatu desa ke desa lain, untuk menyampaikan dekrit dari
sang raja.
Jadi
dalam kaitannya dengan pemberitaan Injil atau penginjilan, maka tugas
penginjilan adalah tugas formal yang dipercayakan Tuhan kepada umat-Nya yang
telah ditebus, untuk menyampaikan berita sukacita kepada umat manusia lainnya.
Dr. Yakub Tomatala menegaskan bahwa: “Istilah “Keruso”, menjelaskan tentang
kegiatan atau pekerjaan mengkhotbahkan Injil, yang bersifat wajib dan penting,
serta harus dilakukan”.
Artinya, orang Kriten yang telah ditebus, ditugaskan sepenuhnya untuk
memberitakan Injil secara terus-menerus, tanpa alasan apa pun untuk menolak
tanggungjawab tersebut.
Ketiga; “Didasko”, yang berarti mengajar.
Istilah
Didasko, sering disebut dalam hubungan dengan pengertian memproklamirkan,
menubuatkan, dan menasihati, yang berkaitan erat dengan menyampaikan berita.
Kata ini banyak dipakai dalam pelayanan Yesus Kristus. Ia memproklamasikan,
menasihati, atau menyampaikan berita dengan cara mengajarkan (Mat 10:7-15; Luk
10:4-12). Dengan kata lain, memberitakan
Injil juga mengandung unsur mengajar. Ini menuntut kejelasan dalam menguraikan
atau menjabarkan Injil, ketepatan metode atau pendekatakan, yang digunakan
untuk menyampaikan Injil secara benar dan tepat. Oleh sebab itu, seorang
penginjil pertama-tama harus memahami ajaran Injil atau “tahu kebenaran”,
sehingga ia dapat menjelaskannya kepada orang berdosa. Yesus menegaskan hal ini
dengan cara membuka pikiran para murid, agar mereka mengerti kitab suci,
sebelum mereka diutus untuk pergi dan memberitakan Injil. Lukas mencatat: “Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga
mereka mengerti Kitab Suci.” (Luk 24:45). Jadi oleh karena penginjilan
termasuk mengajarkan Injil, maka murid Kristus dituntut untuk harus tahu
kebenaran Injil.
Keempat; “Martureo”, yang berarti bersaksi.
Kata
ini banyak dipakai dalam pelayanan gereja mula-mula yang berkaitan dengan
pemberitaan Injil. Martureo berarti, menyampaikan kesaksian berdasarkan
keyakinan atas dasar apa yang dilihat dan dialami. Dari kata tersebut, muncul
istilah “Martyr”, yaitu orang yang menyampaikan kesaksian dengan resiko
kematina. Jadi
martureo, menunjuk kepada tugas kesaksian yang dilakukan dengan resiko mati
atau hidup (Yoh 15:26-27; Kis 1:8; 2:32; 10:39; 22:15; 26: 6, dan 1 Kor 11:26;
15:1-4).
Di
sini, memberitakan Injil, berarti berani berperan sebagai saksi atas apa yang
dialami dan diketahui tentang Yesus Kristus, dalam segala keadaan atau situasi.
Artinya murid Kristus harus mempunyai pendirian yang teguh dalam prinsip
kebenaran di dalam Injil, sehingga dalam keadaan apa pun, bahkan keadaan
terancam nyawa, ia tetap tidak berbelok dan mengkompromikan kebenaran Injil
yang diyakininya. Stefanus, Petrus, Paulus, Yohanes, dan para pemberita Injil
di abad ini, telah mencontohkan demikian. Mereka “rela mati” demi kebenaran
Injil yang mereka yakini dan saksikan kepada orang-orang berdosa.
Jadi
penginjilan menuntut keberanian untuk berpendirian teguh dalam kebenaran,
bahkan dalam keadaan terancam nyawa.
Nah,
dari istilah-istilah itu, tersimpul bahwa memberitakan Injil atau penginjilan
adalah menyaksikan kabar baik tentang karya Yesus Kristus yang menyelamatkan,
berdasarkan apa yang dilihat dan dialami, dengan cara mengkhotbahkan atau mengajarkan
kepada orang berdosa tanpa takut pada ancaman apapun.
Ada
pandangan tertentu yang berkata: “Supaya orang berdosa menerima Kristus sebagai
Tuhan dan Juruselamat pribadi, kita tidak perlu berbicara mengenai Injil, yang
perlu adalah menyatakan kasih kepada mereka dengan berbuat baik dan menunjukkan
kehidupan yang saleh.” Anggapan ini cukup familiar dalam kekristenan. Tetapi baik-baiklah
memperhatikan bahwa: Memang mengasihi dan menunjukkan hidup yang saleh adalah
hal penting, namun hal itu tak bisa menggantikan pemberitaan Injil secara lisan
atau verbal. Yang menjadi nomor satu adalah Injil harus diberitakan dengan
kata-kata, diuraikan, dijelaskan dan ajarkan kepada orang berdosa.
Mengapa Harus Memberitakan Injil?
Alasan
utama Injil harus diberitakan dengan kata-kata, adalah:
Pertama: Supaya karya Kristus untuk
menyelamatkan manusia melalui kasih karunia Allah, didengar oleh
setiap orang berdosa, sehingga tidak ada seorangpun yang akhirnya binasa karena
tidak mendengar, selain dari pada mereka yang memang degil hati dan menolak
keselamatan di dalam Yesus Kristus. Rasul Paulus menulis:
"Sebab,
barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan.
Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya
kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia.
Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya? Dan bagaimana mereka
dapat memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis:
"Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!” (Rom 10:13-15).
Artinya, keselamatan di dalam dan melalui Yesus Kristus, telah menjadi
keselamatan yang terbuka bagi semua orang. Tetapi berita Injil tersebut, harus
diceritakan, diuraikan, dijelaskan dan diajarkan kepada orang berdosa, sehingga
telinga mereka dapat mendengarnya.
Oleh sebab itu, setiap orang yang telah ditebus oleh Kristus, harus memberitakan
Injil keselamatan serta pengampunan dosa di dalam Yesus Kristus, agar setiap
telinga dapat mendengar dan siapa saja yang mau, biarlah ia datang kepada
Kristus dan beroleh pengampunan serta keselamatan.
Kedua: Karena Injil merupakan suatu rahasia yang perlu dibukakan, dibeberkan
atau dinyatakan kepada umat manusia yang berdosa, sehingga mereka dapat
mengetahui dan memahaminya.
Alkitab dipenuhi dengan pernyataan bahwa Injil merupakan suatu rahasia Allah, yang dipercayakan
kepada orang-orang yang telah ditebus, untuk dibuka atau dinyatakan
kepada dunia yang berdosa.
Misalnya Paulus menulis:
“Aku
telah menjadi pelayan jemaat itu sesuai dengan tugas yang
dipercayakan Allah kepadaku untuk meneruskan firman-Nya dengan
sepenuhnya kepada kamu, yaitu rahasia
yang tersembunyi dari abad ke abad dan dari turunan ke turunan, tetapi
yang sekarang dinyatakan kepada
orang-orang kudus-Nya. Kepada mereka Allah mau memberitahukan, betapa
kaya dan mulianya rahasia
itu di antara bangsa-bangsa lain, yaitu:
Kristus ada di tengah-tengah kamu, Kristus yang adalah pengharapan
akan kemuliaan! Dialah yang kami beritakan, apabila tiap-tiap orang kami
nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat,
untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus.” (Kol
1:25-28).
“Memang
kamu telah mendengar tentang tugas penyelenggaraan kasih karunia Allah, yang
dipercayakan kepadaku karena kamu, yaitu bagaimana rahasianya dinyatakan
kepadaku dengan wahyu, seperti yang telah kutulis di atas dengan
singkat. Apabila kamu membacanya, kamu dapat mengetahui dari padanya
pengertianku akan rahasia
Kristus, yang pada zaman angkatan-angkatan dahulu tidak diberitakan
kepada anak-anak manusia, tetapi yang sekarang dinyatakan di dalam Roh kepada
rasul-rasul dan nabi-nabi-Nya yang kudus, yaitu bahwa
orang-orang bukan Yahudi, karena Berita Injil, turut menjadi ahli-ahli waris dan
anggota-anggota tubuh dan peserta dalam janji yang diberikan dalam
Kristus Yesus. Dari Injil itu aku telah menjadi
pelayannya menurut pemberian kasih karunia Allah , yang
dianugerahkan kepadaku sesuai dengan pengerjaan kuasa-Nya.” (Ef 3:2-7).
“Bagi
Dia, yang berkuasa menguatkan kamu, menurut Injil
yang kumasyhurkan dan pemberitaan tentang Yesus Kristus, sesuai dengan pernyataan rahasia,
yang didiamkan berabad-abad
lamanya.” (Rom 6:25).
“Berdoa
jugalah untuk kami, supaya Allah membuka pintu untuk pemberitaan kami, sehingga kami dapat
berbicara tentang rahasia Kristus, yang karenanya aku
dipenjarakan.” (Kol 4:3).
“Juga
untuk aku, supaya kepadaku, jika aku membuka mulutku,
dikaruniakan perkataan yang benar, agar dengan keberanian aku memberitakan rahasia Injil.”
(Ef 6:19).
“Demikianlah
hendaknya orang memandang kami: sebagai hamba-hamba Kristus, yang
kepadanya dipercayakan rahasia Allah.”
(1 Kor 4:1.
Dari
ayat-ayat tersebut, terlihat jelas bahwa Injil merupakan suatu rahasia Allah,
dalam arti, tidak semua umat manusia mengetahuinya dan tidak semua orang dapat
memahaminya. Namun “Rahasia” itu dipercayakan oleh Allah kepada umat tebusan
Allah, yaitu orang yang sudah percaya dan diselamatkan.
Oleh
karena itu, setiap orang yang telah ditebus, bertugas untuk pergi dan memberitakan “rahasia” tersebut
kepada orang berdosa, agar merekapun mengetahuinya, bahwa ada keselamatan di
dalam satu nama, yaitu Yesus Kristus dan oleh-Nya manusia yang berdosa dapat
beroleh pengampunan atas dosa-dosanya dan menerima hidup yang kekal.
Ketiga: Karena dalam hikmat dunia, manusia
tidak mengenal Allah. Oleh sebab itu, Injil yang merupakan hikmat Allah, harus
diberitakan dalam arti diuraikan dan disampaikan kepada manusia, sehingga
dengan mendengarkan Injil, pikirannya dapat dibukakan dan ia mengenal Allah.
Paulus
menulis bahwa: “Oleh karena dunia, dalam
hikmat Allah, tidak mengenal Allah oleh hikmatnya, maka Allah berkenan
menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil. (1 Kor 1:21).
Jadi
melalui pemberitaan Injil - yang diuraikan dan dijelaskan dengan kata-kata-,
maka orang berdosa yang pikirannya dibutakan oleh ilah zaman sehingga tidak
mengenal Allah, dapat mengenal Allah dan diselamatkan.
Keempat: Karena iman yang menyelamatkan orang
berdosa, timbul dari pendengaran akan Injil, dan bukan timbul dari perbuatan
kasih dan contoh hidup yang saleh.
Paulus
berkata: “Iman timbul dari pendengaran,
dan pendengaran oleh Firman Kristus.” (Rom 10:17). Artinya, dengan
mendengar Injil, yaitu Firman yang keluar dari mulut Kristus sendiri, yang
dijelaskan melalui kata-kata oleh penginjil, maka orang berdosa dapat beroleh iman
sejati dan dengan demikian ia dapat diselamatkan.
***
Jadi, selain
berbuat baik kepada orang berdosa dan menunjukkan hidup yang saleh, Injil tetap
harus disampaikan secara verbal. Alasannya adalah: Sebab orang berdosa perlu
mendengar Injil, sehingga timbul Iman; perlu mengetahui Injil yang merupakan
rahasia; dan perlu mendengarkan Injil sehingga pikirannya yang dibutakkan oleh
ilah zaman, dibukakan melalui Injil yang adalah hikmat Allah.
***
Terimakasih, kiranya menjadi berkat bagi saudara dan saya.
Oleh: Ps. Ayub Melkior